BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Profesionalisme
dalam mengajar merupakan hal terpenting bagi seorang guru atau tenaga
pengajar. Meskipun bagi beberapa orang, profesionalismen hanya merupakan
salah satu hal yang penting dalam mengajar, namun bagi penulis hal
tersebut adalah tuntutan terpenting dari seorang guru atau tenaga pengajar.
Guru yang profesional tidak hanya memiliki pengalaman serta kepribadian yang
baik tetapi juga strategi dan ilmu yang dapat digunakan secara maksimal.
Seorang guru akan mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan pelayanannya
dengan sikap percaya diri.
Dengan
begitu, seorang guru yang profesional tentu akan memberikan hasil yang lebih
maksimal dalam pengajarannya. Hal ini bukan saja dipengaruhi oleh tuntutan
jabatan sebagai seorang pengajar namun juga dampak yang akan dihasilkan selama
dan setelah proses belajar itu dilakukan. Menjadi seorang guru yang profesional
dalam mengajar membutuhkan konsentrasi dan perjuangan yang maksimal. Oleh
sebab itu, tugas mengajar tentu bukanlah sebuah hal yang mudah untuk
dikerjakan, tetapi mengajar merupakan suatu hal yang harus kita pahami sebagai
suatu upaya untuk menciptakan proses belajar mengajar yang tidak terpisahkan
antara satu dengan yang lain. Meskipun demikian, tidak semua orang berpendapat
bahwa tugas mengajar adalah sebuah pekerjaan yang tidak terlalu sulit
untuk dilakukan. Pandangan ini didasarkan pada kenyataan bahwa tidak sedikit
orang yang memberikan kesempatan bagi dirinya untuk mengemban tugas ini baik dalam
konteks jemaat maupun sekolah. Banyak orang yang berpendapat bahwa dirinya
memiliki segudang pengalaman yang dapat digunakan untuk bekal sebagai guru,
baik yang diperoleh dari pengamatan maupun penelitian secara langsung.
Akan
tetapi, tugas mengajar tetap merupakan sebuah tugas yang sangat penting. Oleh
karena itu, membutuhkan tenaga pengajar yang kompeten dalam memberikan
pengajaran. Menurut Prof. S. Nasution, “Mengajar bukan hanya sekadar
menanamkan pengetahuan dan kebudayaan kepada peserta didik, tetapi juga
suatu langkah dalam mengorganisasi suatu lingkungan dengan sebaik mungkin agar
melalui lingkungan itu, peserta didik dapat mengalami proses belajar.
Dengan
demikian, kegiatan belajar bukan hanya berpusat pada pengajar tetapi juga
kepada peserta didik. Untuk itu, Andar Ismail berpendapat “Bagaimanapun
pentingnya faktor pengajar namun faktor pelajar lebih menentukan
keberhasilan belajar mengajar”. Dengan kata lain, peserta didik juga
mendapatkan tempat utama dalam proses dan tujuan pembelajaran.
Di samping
itu, menciptakan suatu lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan
merupakan aspek yang tidak bisa diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Penting untuk menerapkan aspek ini karena berdampak langsung pada minat para
peserta didik: apakah si peserta didik aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran atau tidak.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
definisi dari mengajar?
2. Bagaimana
pandangan-pandangan pokok mengenai mengajar?
3. Bagaimana
model dan metode pokok dalam mengajar?
4. Bagaimana
strategi dan tahapan dalam mengajar?
C. Tujuan
Masalah
1. Agar
mengetahui definisi dari mengajar.
2. Agar
mengetahui pandangan-pandangan pokok mengenai mengajar.
3. Agar
mengetahui model dan metode pokok dalam mengajar.
4. Agar
mengetahui strategi dan tahapan dalam mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Defini
Mengajar
Mengajar dalam kamus besar
Indonesia ada dua pengertian, pertama adalah memberikan serta
menjelaskan kepada orang tentang suatu ilmu atau Pelajaran. Kedua,
bermakna melatih. Menurut Mursell mengajar ialah mengorganisasi pelajaran
kepada peserta didik. Sedang menurut Hamalik ada beberapa pengertian tentang
mengajar seperti di bawah ini:
1. Mengajar
ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah
2. Mengajar
ialah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan
sekolah.
3. Mengajar
adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga sehingga menciptakan kondisi
belajar bagi siswa.
4. Mengajar
atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid.
5. Mengajar
adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga Negara yang baik sesuai
dengan tuntutan masyarakat.
6. Mengajar
adalah suatu proses membantu siswa mengahadapi kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Contoh mengajar: Sebagai
pengelola kegiatan siswa, guru sangat diharapkan menjadi pembimbing dan pembantu
para siswa, bukan hanya ketika mereka berada dalam kelas saja melainkan ketika
mereka berada di luar kelas, di perpustakaan, di laboratorium, dan sebagainya.
Dalam hal menjadi guru perlu mengualitaskan (mewujudkan) kemampuannya dalam
kegiatan sebagai berikut:
1. Membimbing kegiatan belajar siswa,
2. Membimbing pengalaman belajar para
siswa.
Membimbing
kegiatan belajar siswa, khususnya ketika mengajar tidak hanya berarti ceramah
do muka kelas saja, melainkan juga memberikan peluang seluaas-luasnya kepada
siswa tersebut untuk melakukan aktifitas belajarnya. Contoh; jika para siswa
sedang diajari menulis, maka para siswa itulah yang paling banyak mendapatkan
peluang menulis, bukan guru. Tugas guru yang penting dalam hal ini adalah
memberikan contoh dan dorongan parsuasif kepada siswa beserta menata lingkungan
belajarnya, sehingga memungkinkan mereka belajar dengan mudah.
Dalam
membimbing pengalaman para siswa, guru dituntut untuk menghubungkan mereka
dengan lingkungannya. Hal ini penting karena dalam pengalaman berinteraksi
dengan lingkungannya itulah sesungguhnya siswa mengalami proses belajar. Dengan
demikian, maka guru sepatutnya menjaga ruang kelas, laboratorium, perpustakaan,
dan komponen lingkungan pendidikan yang lain agar tetap dalam kondisi yang baik
dana siap pakai.
Selanjutnya
selain membimbing dan mengajar, juga harus berarti membantu siswa agar
berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan belajarnya. Alhasil,
kegiatan mengajarkan sebuah materi pelajaran bukan semata-mata agar siswa
menguasai pengetahuan/materi pelajaran tersebut lalu bisa naik kelas, melainkan
agar ia memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya dala kehidupan
sehari-hari.
B. Pandangan-Pandangan
Pokok Mengenai Mengajar
Ada
dua pandangan yang berbeda dalam melihat profesi mengajar. Aliran pertama
menganggap mengajar sebagai “ilmu”, sedangkan aliran kedua menganggap mengajar
sebagai “seni”.
1. Mengajar sebagai ilmu.
Sebagian ahli memandang mengajar
sebagai Ilmu. Oleh kerenanya, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang
sengaja dibangun untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang tinggi dalam dunia pendidikan yang berkompeten untuk melakukan
tugas belajar.
Siapa pun, asal memiliki
profesiensi dalam bidang I,mu pendidikan akan mampu melakukan perbuatan
mengajar dengan baik. Penguasaan seorang guru atas materi pelajaran bidang
tugasnya adalah penting, tetapi yang lebih penting ialah penguasaan atas
ilmu-ilmu yang berhubungan dengan tugas mengajarnya.
Aliran pandangan yang menganggap
mengajar sebagai ilmu dapat menimbulkan konotasi bahwa seseoranag yang
dikehendaki menjadi guru, misalnya oleh orang tuanya sendiri, akan dapat
menjadi guru yang baik asal ia dididik di sekolah atau fakultas keguruan.
Dari uraian di atas jelas bahwa
aliran yang memandang mengajar sebagai ilmu itu diilhami oleh teori
perkembangan klasik yang disebut empirisme yang dipelopori oleh Jhon Locke.
Menurut teori ini pembawaan dan bakat yang diturunkan oleh ornag tua tidak
berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan sesorang, sebab pada dasarnyaa manusia
lahir dalam keadaan kosong.
2. Mengajar sebagai seni.
Sebagian
ahli lainnya memandang bahwa mengajar adalah seni, bukan ilmu. Oleh karenanya
tidak semua orang berilmu bisa menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar. Sebagai
contoh, seorang pakar yang “mumpuni” dalam sebuah bidang studi umpamanya bidang
agama dan bahkan telah memiliki
pengetahuan keguruan yan cukup, belum tentu mahir mengajar agama kepada orang
lain. Dalam kenyataan sehari-hari terkadang kita saksikan seorang guru agama
atau bahkan seorang yang berpredikat ulama sama sekali tidak menarik dan
cenderung membosankan ketika ia berceramah atau berdiskusi mengenai masalah
keagamaan.
Berdasarkan
kenyataan yang ada, seperti contoh yang ada, maka cukup kuatlah eksistensi
aliran yang memandang bahwa mengajar adalah seni, dan kecakapan mengajar yang notabene artistik itu hanya dimiliki
oleh orang-orang yang memang berbakat, sedangkan bakat itu merupakan suatu
pembawaan yang tidak bisa dipelajari (Syah, 2010: 184). Aliran pandangan ini sama dengan aliran
nativisme yang dipelopori oleh Arthur Schopenhauer, yang berpendapat bahwa
manusia sudah mempunyai bawaan sejak lahir.
C. Model dan Metode Pokok Mengajar
Adapun model
dan metode pokok mengajar adalah sebagai berikut:
1. Model information processing (tahapan pengolahan
informasi)
Model mengajar jenis ini berorientasi pada
kecakapan siswa dalam memproses informasi dan cara-cara
mereka dapat memperbaiki kecakapan untuk menguasi informasi. Model mengajar
jenis ini bertujuan agar ranah cipta siswa dapat berfungsi dan berkembang
seoptimal mungkin.
2. Model personal (pengembangan pribadi)
Model personal pada umumnya berorientasi pada
pengembangan pribadi siswa dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah
rasa, terutama fungsi emosionalnya. Diharapkan dengan menggunakan model ini
dapat menolong siswa dalam mengembangkan sendiri hubungan yang produktif dengan
lingkungannya. Siswa sebagai peaerta didik juga dapat menyadari dirinya sebagai
seorang pribadi yang berkecakapan (capable) cukup untuk berinteraksi
dengan pihak luar sehingga tercipta pola hubungan inter-personal yang kondusif.
3. Model sosial (hubungan bermasyarakat)
Model social adalah model mengajar yang menitikberatkan
peda proses interaksi antar individu yang terjadi dalam kelompok individu
tersebut. Rumpun model ini lazim juga disebut sebagai interactife model (model
yang bersifat hubungan antar individu). Aplikasi model social diprioritaskan
untik mengembangkan kecakapan individu siswa dalam berhubungan dengan orang
lain atau masyarakat.
4. Model behaviorial (pengembangan perilaku)
model mengajar pengembangan perilaku direkayasa atas
dasar kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar mengajar.
Aktifitas mengajar, menurut teori ini, harus ditujukan pada perilaku baru atau
berubahnya perilaku siswa kearah yang sejalan dengan harapan. Rumpun model
mengajar behavorial banyak dilandasi oleh asumsi empiris bahwa segenap perilaku
siswa adalah fenomena yang dapat diobservasi, diukur, dan dijabarkan dalam
bentuk perilaku-perilaku khusus. Perilaku khusus inilah yang menjadi tujuan
belajar siswa.
Metode mengajar
ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan,
khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa. Terdapat empat
macam metode mengajar yang banyak digunakan pada setiap jenjang pendidikan
formal yaitu:
1. Metode ceramah
Yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya
mengikuti secara pasif. Metode ceramah adalah sebuah cara melaksanakan
pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah.
Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya
metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi. Metode ini juga
dipandang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang
sesuai dengan jangkauan daya beli dan daya paham siswa.
2.
Metode diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat
hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving).Tujuan
penggunaan metode diskusi adalah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada
siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam (reflektife thinking).
3.
Metode
demonstarasi
Demonstrasi dalam penyajian informasi dapat diartikan
sebagai peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan
sesuatu. Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam proses
belajar-mengajar ialah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan
cara melakukan proses melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu.
4.
Metode ceramah
plus
Metode ceramah plus dapat terdiri atas banyak metode
campuran, diantaranya:
a.
Metode ceramah plus tanaya jawab dan
tugas (CPTT).
b.
Metode ceramah
plus diskusi dan tugas (CPDT).
c.
Metode ceramah plus demonstrasi dan
latihan (CPDL).
D.
Strategi dan Tahapan Mengajar
Secara harfiah,
kata strategi dapat diartikan sebagai seni melaksanakan stratagem yakni
rencana atau siasat. Dalam perspektif psikologi, kata strategi yang berasal
dari bahasa yunani itu mempunyai arti rencana tindakan yang terdiri atas sepernagkat
langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan.
Strategi dasar mengajar adalah
pendekatan pokok yang harus diperhatikan oleh guru. Dengan mengetahui strategi
dasar berarti mengetahui hal-hal minimal yang harus dikuasai oleh guru maupun
calon guru sebelum melaksanakan tugas mengajar.
Mengajar
merupakan salah satu tugas pokok profesi guru yang bersifat komplek. Kompleksitas mengajar terlihat dari
awal guru mengajar sampai proses penilaian. Guru perlu membuat sebuah
perencanaan tertulis dan tak tertulis. Perencanaan tertulis ini dikenal dengan
istilah perangkat pembelajaran. Ada rumusan tujuan, tahapan pembelajaran,
strategi dan metode, serta evaluasi. Persiapan tak tertulis antara lain
persiapan mental guru untuk menghadapi siswa sesuai dengan karakter
masing-masing dalam ruang kelas. Selain itu, persiapan tak tertulis yang tak
kalah pentingnya adalah penguasaan materi pelajaran. Proses mengajar akan
terkendala jika guru kurang menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan
kepada siswa.
Mengajar merupakan aktivitas guru
untuk memaksimalkan proses belajar siswa.
Hal ini syarat mutlak yang harus dikuasai adalah bagaimana merangsang
keaktifan seluruh aktivitas fisik dan psikis siswa. Guru perlu menggunakan
berbagai metode secara bervariasi. Metode seperti akan dapat mengurangi
kebosanan siswa dalam belajar. Hal ini disebabkan adanya variasi aktivitas
anggota fisik dengan psikis siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas, ada
beberapa hal pokok yang perlu mendapat perhatian guru dalam mengajar.
1. Pembelajaran
melibatkan aktivitas pisik dan psikis.
Pembelajaran
harus melibatkan aktivitas fisik dan aktivitas mental siswa secara bervariasi. Mulai dari mata,
telinga, hidung, kulit, tangan sampai ke otak
terlibat saat pembelajaran
berlangsung. Indikasi keterlibatan semua aktivitas ini adalah konsentrasi dan
pemusatan perhatian pada materi pelajaran yang dibahas.
2. Penggunaan
metode pembelajaran.
Pembelajaran mengisyaratkan agar guru menggunakan berbagai
metode (multimetode) dalam menyampaikan materi pelajaran. Barangkali, tidak
satupun metode pembelajaran yang dianggap paling bagus atau paling tidak bagus.
Metode pembelajaran apapun bisa digunakan asal sesuai dengan karakter materi
pelajaran dan ketersediaan sarana belajar. Yang penting metode itu bisa
melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa secara optimal.
3. Berorientasi
pada siswa.
Aktivitas
guru di ruang kelas seyogyanya lebih dikurangi sehingga guru tidak lebih sibuk
dari pada siswanya. Guru harus mampu menekan dirinya untuk mau memberikan waktu
belajar kepada siswa sebanyak mungkin dalam pembelajaran. Strategi dan metode
pembelajaran yang dipilih guru sangat menentukan terlaksananya hal ini.
4. Motivator
pembelajaran.
Idealnya
dalam pembelajaran, peran guru itu menjadi motivator, fasilitator dan
pembimbing siswa dalam belajar. Guru
harus mampu menjadi pembangkit semangat siswa untuk belajar. Pada dasarnya siswa memiliki potensi motivasi
yang besar dalam dirinya. Motivasi tersebut bisa saja berasal dari dalam diri
siswa dan bisa pula dari luar diri siswa. Inilah peran guru, bagaimana
memfasilitasi dan membimbing siswa agar semua potensi itu dapat dikembangkan
secara optimal melalui pembelajaran.
Sasaran utama segenap rangkaian
kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar siswa yang optimal sehingga menjadi
milik siswa. Hasil belajar tersebut
bermanfaat bagi siswa secara kognitif, afektif dan psikomotorik. Demikianlah
beberapa strategi dasar mengajar yang perlu diperhatikan oleh calon guru maupun
guru baru.
Secara umum ada tiga pokok dalam
strategi mengajar yakni tahap permulaan (prainstruksional), tahap pengajaran
(instruksional), dan tahap penilaian dan tindak lanjut. Ketiga tahapan
ini harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pengajaran. Jika satu tahapan
tersebut ditinggalkan, maka sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi
proses pengajaran.
Tahapan dari
mengajar yaitu sebagai berikut:
1.
Tahap Prainstruksional
Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru
pada saat ia memulai proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan oleh guru atau oleh siswa pada tahapan ini:
a.
Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang
tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan salah satu tolok
ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa, disebabkan
kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas, bolos, dan lain-lain), tetapi
bisa juga terjadi karena pengajaran dan guru tidak menyenangkan, sikapnya tidak
disukai oleh siswa, atau karena tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya
dianggap merugikan siswa (penilaian tidak adil, memberi hukuman yang
menyebabkan frustasi, rendah diri dan lain-lain).
b.
Bertanya kepada
siswa, sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. Dengan demikian guru
mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri,
setidak-tidaknya kesiapan siswa menghadapi pelajaran hari itu.
c.
Mengajukan
pertanyaan kepada siswa di kelas, atau siswa tertentu tentang bahan pelajaran
yang sudah diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai di
mana pemahaman materi yang telah diberikan.
d.
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum
dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
e.
Mengulang
kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan pelajaran sebelumnya) secara singkat
tapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini
dilakukan sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas hari berikutnya nanti,
dan sebagai usaha dalam menciptakan kondisi belajar siswa. Tujuan tahapan ini
adalah mengungkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah
diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran
hari itu. Tahap prainstruksional dalam strategi mengajar mirip dengan kegiatan
pemanasan dalam olah raga. Kegiatan ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa.
2. Tahap Instruksional
Tahap
pengajaran atau tahap inti, yakni tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah
disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan
sebagai berikut:
a. Menjelaskan
pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa.
b. Menuliskan
pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil dari buku sumber yang
telah disiapkan sebelumnya.
c. Membahas
pokok materi yang telah dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi itu dapat
ditempuh dua cara yakni:
1) pembahasan
dimulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topik secara lebih
khusus,
2) dimulai
dari topik khusus menuju topik umum.
d. Pada
setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkret.
Demikian pula siswa harus diberikan pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui
tingkat pemahaman dari setiap pokok materi yang telah dibahas.
e. Penggunaan
alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat
diperlukan.
f. Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi.
Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis dipapan
tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan dapat pula dibuat guru bersama-sama
siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa.
3. Tahap Evaluasi dan
Tindak Lanjut
Tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam
kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan ini ialah untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dari tahapan kedua (instruksional).
Ketiga tahap
yang telah dibahas di atas, merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu,
tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur
waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut
diterima oleh siswa secara utuh. Di sinilah letak keterampilan profesional dari
seorang guru dalam melaksanakan strategi mengajar. Kemampuan mengajar seperti
dilukiskan dalam uraian di atas secara teoretis mudah dikuasai, namun dalam
praktiknya tidak semudah seperti digambarkan. Hanya dengan latihan dan
kebiasaan yang terencana, kemampuan itu dapat diperoleh.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
mengajar ialah mengorganisasi
pelajaran kepada peserta didik. Ada dua pandangan yang
berbeda dalam melihat profesi mengajar. Aliran pertama menganggap mengajar
sebagai “ilmu”, sedangkan aliran kedua menganggap mengajar sebagai “seni”.
Adapun model
dan metode pokok mengajar adalah sebagai berikut:
1.
Model
information processing (tahapan pengolahan informasi)
2.
Model personal
(pengembangan pribadi)
3.
Model sosial
(hubungan bermasyarakat)
4.
Model
behaviorial (pengembangan perilaku)
Metode mengajar
ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan,
khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa. Terdapat empat
macam metode mengajar yang banyak digunakan pada setiap jenjang pendidikan
formal yaitu:
1. Metode ceramah
2. Metode diskusi
3. Metode demonstarasi
4. Metode ceramah plus
Strategi dasar mengajar adalah
pendekatan pokok yang harus diperhatikan oleh guru. Dengan mengetahui strategi
dasar berarti mengetahui hal-hal minimal yang harus dikuasai oleh guru maupun
calon guru sebelum melaksanakan tugas mengajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, ada
beberapa hal pokok yang perlu mendapat perhatian guru dalam mengajar yaitu:
1. Pembelajaran
melibatkan aktivitas pisik dan psikis.
2. Penggunaan
metode pembelajaran.
3. Berorientasi
pada siswa.
4. Motivator
pembelajaran.
Secara umum ada tiga pokok dalam
strategi mengajar yakni tahap permulaan (prainstruksional), tahap pengajaran
(instruksional), dan tahap penilaian dan tindak lanjut. Ketiga tahapan
ini harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pengajaran. Jika satu tahapan
tersebut ditinggalkan, maka sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi
proses pengajaran.
B. Saran
Segala
puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan pertolongan pada kami sehingga kami
bisa mempelajari sebagian besar kitab-kitab tersebut, dan tentunya dalam
penyusunan makalah kami masih jauh dari kata sempurna untuk itu kami
mengharapkan saran yang membangun dari para pembaca sebagai perbaikan makalah
kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:
Hamalik, 2004
Mursell, Nasution, 2006
Syah Muhibbi,
2010, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, PT Remaja Rosdaka:
Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar