Pembahasan Mengenai Huruf Jer Dan Idhofah
Yang Pertama Kita Akan Membahas Mengenai Huruf jer
Di dalam kitab Al-fiyyah:
هاَكَ
حُرُوفُ الجرِّوَهْيَ مِنْ اِلَى # حَتَّى خَلاَ حَاشَا عَدَا فِيْ عَنْ عَلَى
مُذْ
مُنْذُ رُبَّ اللاَّمُ كَيْ وَاوُ وَتَا # والْكَافُ وَالْبَا وَلَعَلَّ وَمَتَى
Huruf –huruf jar yaitu:
(1. مِنْ (2. إِلَى (3. حَتَّى (4. خَلاَ (5. حَشَا (6. عَدَا (7.
فِيْ (8. عَنْ (9. عَلَى (10. مُذْ (11. مُنْذُ (12. رُبَّ (13. لاَم (14. كَيْ
(15. وَاوٌ (16. تَاءٌ (17. كَاف (18. بَء (19. بَاء (20. لَعَلَّ (21. مَتَى
PEMBAHASAN
Huruf-huruf jer yang dua puluh diatas seluruhnya masuk pada kalimat
isim, dan mengejarkannya. untuk huruf, حاثا,
خَلاَ, عَدَا sudah dijelaskan dalam
bab istisna’, dan sedikit sekali ulama’ yang menyebutkan huruf مَتَى, لَعَلَّ, كَى sebagai huruf jar,
karena langkanya mengejarkan dengan huruf tersebut.
1). Huruf كَى
Huruf ini mengejarkan pada tiga tempat, yaitu :
a.
Pada
مَاistifhamiyyah
Yang
digunakan bertannya dari alasan suatu perkara
Seperti كَيْمَهْ karena
apa? Bermakna لِمَا
Alifnyaمَا dibuang karena kemasukan huruf jer dan
didatangkan Ha’
untuk
diam (ha’ sakat).
b. Padaمَا masdariyyah
bersamaan shilahnya
Seperti
ucapan syair.
إِذَا
أَنْتَ لَمْ تَنْفَعْ فَضُرَّ فَإِنَّمَا * يُرَادُ الْفَتَى كَيْمَا يَضُرُّ وَ
يَنْفَعُ
Ketika
kamu tidak bermanfaat maka mendapatkan bahaya, sesungguhnya yang dikehendaki
dari anak muda adalah supaya membahayakan dan bermanfaat.
(nabigoh)
Ta’wilnya: لِلنَّفْعِ لِلْضُرِّ
c. Pada أن masdariyyah bersamaan shilahnya.
Seperti جِئْتُ كَى اُكْرِمَ
زَيْدًا saya datang untuk memuliyahkan zaid .
Dengan
mentaqdirkan أن setelah كَىyang antara
أَن dan fi’ilnya dita’wil masdar yang dijerkan denganكَى
.2Huruf لَعَلَّ
Mengejerkan
dengan huruf ini merupakan lughotnya bani uqoil.
Contoh:
لَعَلَّ الّله فَضَّلَكُمْ علينا * بِشَيْئٍ إِن أُمَّتُكُمْ شَرِيمٌ
Semoga
Allah mengutamakan kamu semuannya atas kita dengan diberi sesuatu,
Sesungguhnya
ibi kamu semua adalah orang yang telah hilang keperawanannya.
Lafadz الَّله dibaca jer dengan لَعَلَّ
.3Huruf مَتَى
Mengejerkan dengan huruf ini adalah lughot hudzail, dan bermakna من ibtidaiyyah:
Seperti syairnya abu dzu’aib al-hadzali yang mensifati
mendung:
شَرِبْنَ
بِمَاءِ البَحر ثم تَرَفَّعَتْ * مَتَى لُجَجِ خُضْرٍ لَهُنَّ نَئِيْجُ
Awan-awan (pelangi) itu meminum air lautan, lalu naik dari laut yang
luas dan biri dengan diiringi suara yang keras.
Lafadz مَتَى mengejerkan lafadz لُجَجِ
بِاالظاهِرِ اخْصُصْ
مُنْذُ مُذْ وحَتَّى * والكَافَ والْوَاوُ وَرُبَّ وَالتَّا
وَاخْصُصْ بِمُذْ
وَمُنْذُ وَقْتًا وَبِرُبّ * مُنَكَرًا وَالتَّاءُ لِلَّه وَرَبَّ
وَمَا رَوَوْا مِنْ
نَحوِ رُبَّهُ فَتَى * نَزْرٌ كَذَا كَهَا وَنَحْوُهُ أتَى
·
Ada
beberapa huruf jer yang dikususkan masuk pada isim dhohir, yaitu:
حَتَى,
مُنْذُ, مُذْ kaf,wawu, رُبَّ dan ta’
·
Huruf
jerمُذْ ,مُنْذُ dikhususkan
mengejerkan lafadz yang menunjukkan arti waktu, dan hurf jerرُبَّ dikhususkan masuk pada
isim nakiroh, huruf jer ta’ dikhususkan masuk pada lafadzالَّله danرُبَّ
·
Sedang
tarkib yang diriwayatkan oleh para ulama’ dari semuannya lafadz فَتَى
(lafadz رُبَّ masuk
pada isim ma’rifat) itu dihukumi langka, begitu pula lafadzكَهَا (kaf mengejerkan isim
dhomir) dan sesamanya.
PEMBAHASAN
(4)
(5) Huruf مُذْ, مُنْذُ
Kedua huruf ini khususnya masuk pada isim dhohir, yang menunjukkan
makna zaman.
Contoh
:
a.
apabila zamannya hal maka keduannya bermakna فِى
b.
apabila zamannya madhi maka keduannya bermakna مِنْ
c.
bermaknaمِن dan إِلَى apabila majrurnya ma’dud (berbilangan).
Syarat-syarat
majrurnya.
1. Menunjukkan makna waktu atau zaman.
2. Waktunya tertentu (tidak mubham)maka tidak boleh mengucapkan:
مَا رَأَيْتُهُ مُذْ يَو مٍ
3. Waktunya
berupa zaman hal atau madhi, tidak boleh berupa zaman istiqbal. Maka tidak boleh mengucapkan: لاَأَرَاهُ
مُذْ غَدٍ(
saya tidak melihatnya mulai besok)
4. Lafadz muttashorrif ( tidak menepati 1 tarkib).
Syarat-syarat
amilnya.
1. berupa fi’il
madhi yang dinafikan atau fi’il madhi yang maknanya memenjang ( mutatowwal )
6). Huruf wawu qosham.
Wawu qosam apabila setelahnya terdapat wawu yang lain, maka wawu
setelahnya adalah wawu athof, karena kalau tidak begitu masing-masing akan
membutuhkan jawab, seperti: وَالتِّيْنِ
وَالزَيْتُوْن
7).
Huruf ta’ qosam
Huruf ta’ yang merupakan huruf yang bermakna qosham ( sumpah dan
masuknya tertentu pada isim dhohir yang berupa lafadzأللَّهُ
atau lafadz رَبٌّ yang di idhofahkan pada lafadz كَعَبَةٌ atau
ya’ muttakallim.
8). Huruf رَبَّ
Huruf ini memiliki dua makna
yaitu:
a. taksir (menunjukkan
arti bannyak)
makna ini merupakan yang paling banyak digunakan.
Contoh: رَبَّ رَجُلِ كَرِيْمٍ لَقَيْتُهُ ,banyak sekali lelaki
mulia yang kutemui
b. taqlil (menunjukkan makna sedikit).
Syarat-syaratرُبَّ bisa mengejerkan.
·
dijadikan
permulaan dalam awalnya kalam.
·
majrur(
lafadz yang dijerkan) rubba berupa isim nakiroh.
·
majrurnya
harus disifati dengan jumlah atau mufrad.
·
amilnya
rubba harus diakhirkan.
·
amilnya
harus berupa fi’il madhi
بَعِّضْ
وَبَيِّنْ وَابْتَدِئْ فِي الاَمْكِنَةِ # بِمِنْ وَقَدْ تَأَتِى لِبَدْءِ اْلأَزْ
مِنْةٍ
*buatlah makna tab’idliyyah (sebagian),
makna bayaniyah ( menjelaskan ) dan makna ibtida’ (memulai) didalam tempat dengan
menggunaka huruf jer.
PEMBAHASAN
9). Huruf jer مِنْ
Huruf min adalah paling kuatnya huruf jer, dengan bukti bisa masuk
pada kalimat yang tidak bisa dimasuki huruf jer yang lain selain min, seperti
lafadzلَدَى , وَعِنْدَ dan bisa masuk pada isim dohir dan dhomir.
10). Huruf jer إلَى
Makna yang banyak digunakan pada huruf ini adalah makna intiha’ul
ghoyah ( batas akhir ), baik pada zaman atau makan.
Majrurnyaالى didalam masuk dan tidaknya dalam hukum
terdapat tiga qoul, yaitu:
1. jika majrurnyaالى merupakan jenis dari lafadz sebelumnya, maka
masuk didalam hukumnya lafadz sebelumnya
2. pendapat kedua mengatakan bahwa hukum majrurnyaالى masuk pada lafadz
sebelumnya cara mutlaq, baik berupa jenis dari lafadz sebelumnya atau tidak
3. hukumnya tidak masuk pada lafadz sebelumnya secara mutlaq, dan
pendapat ini merupakan qoul shohih.
11). Huruf حَتَى
Huruf
حَتَى yang dilakukan sebagai huruf jer menyamai
huruf, didalam makna dan amal, yaitu bermakna intihaul ghoyah, namun berbeda
denganإلى didalam 4 hal, yaitu :
1. majrurnya harus berupa isim dhohir
2. majrurnya merupakan akhir dari suatu perkara atau perkara yang
bertemu dengan perkara yang akhir.
3. apabila huruf حَتَىtidak bersamaan dengan qorinah
yang menetapkan bahwa lafadz yang setelahnya masuk didalam hukum atau keluar
dari hukum, maka diarahkan masuk pada hukum, sedang kalau dalam إلىdiarahkan keluar dari hukum.
12). Huruf jar حَتّى
Huruf
حَتَّى yang
dilakukan sebagai huruf jar menyamai huruf ... didalam makna dan amal, yaitu
bermakna intihaul ghoyah, namun berbeda dengan .... didalam empat hal, yaitu:
1). Majrurnya harus berupa isim dhohir
2). Majrurnya merupakan akhir dari suatu perkara atau perkara yang
bertemu dengan perkara yang akhir.
3). Apabila hurufحَتَّى tidak bersamaan qorinah yang menetapkan bahwa
lafadz yang setelahnya masuk didalam hukum atau keluar dari hukum, maka
diarahkan masuk pada hukum, sedang kalau dalam إلىdiarahkan keluar dari hukum.
13). Huruf jar lam
Makna keseluruhan yang dimiliki lam ada 21, diantaranya:
1. Istihqoq (berhak)
2. milik
3. ikhtisor / sibih milik dan lain-lain
.
بِالبَا اسْتَعِنْ
عَدَّ عِوَّضْ أَلْصِقْ # وَمِثْلِ مَعَ وَمِنْ وَعَنْ بِهَا انْطِقِ
·
Huruf
jer ba’ itu bermakna isti’anah,menguta’adikan, iwad (mengganti), ilshoq
(bertemu), menyamain maknaمَعَ (.mushohabah)maknanyaمن dan maknanyaعن
14). Huruf Jar Ba’
Huruf ini memiliki 14 makna diantaranya:
1.
Ilshoq haqiqi seperti contoh: saya memegang zaid
Ilshoq majazi seperti contoh: saya berjalan
bertemu zaid
2.
Ta’diyah
3.
isti’anah (pertolongan)
4.
sababiyah
5.
Mushohabah, dan lail-lain
عَلَى
لِلإِ سْتِعَلاَ وَمَعْنَى فِى وَعَن # بِعنَ تَجَا وُزًا عَنَى مَنْ قَدْ فَطَنَ
وَقَدْ
تَجِى مَوْضِعِ بَعْدٍ وَعَلَى # كَمَا عَلَى مَوضِعَ عَنْ قَدْ جُعِلاَ
Huruf jer عَلَىitu berma’na isti’la ,bermakna فى dan عَن huruf
jar,عَن itu di kehendaki untuk makna
mujawazah .
dan terkadang huruf jar عَن
itu menempati (bermakna)بَعد danعَلَى sebagaimana huruf jer عَلَى menempati (bermakna) عَن
PEMBAHASAN
15). Huruf Jar عَلَى
Diantara maknanya yaitu:
1.Isti’la’
Isti’la’ di bagi menjadi
dua yaitu:
a. Isti’la’ Haqiqi
(sebenarnya)
contoh: زَيْدٌ عَلَى سُطْحٍ ,Zaid diatas loteng
b. Isti’la’ Majazi
contoh:عَلَى
زَيْدٌ دَنٍ Zaid berhutang .
16). Huruf Jar عَنْ
a. Al-Mujawajah (menjauhkan)
yaitu: menjauhnya perkara yang disebutkan atau tidak disebutkan
dari majrurnya (lafadz yang diajarkan) disebabkan pekerjaan perkara sebelumnya.
شَبَّهُ
بِكَا فٍ وَبِهَا التَعلِيلُ قَدْ # يُعْنَى وَزَائِدًا لِتَوْكِدِ وَرَدْ
Huruf jar kaf itu memiliki makna tasybih ( menyerupakan), bermakna
ta’lil dan sebagai huruf ziyadah yang berfaidah mentaukidi kalam.
17). Huruf Jar Kaf.
Huruf ini memiliki lima makna, yaitu:
·
Tasybih
(menyerupakan)
yaitu menyamarkan perkara yang
kurang, dalam kemuliaan atau kerendahannya, dengan perkara yang sempurna.
·
.
Ta’lil
yaitu menjelaskan sebabnya fi’il.
·
Taukid
Yaitu Kaf yang
sebagai huruf ziyadah yang tidak memiliki makna namun berfaidah menguatkan pada kalam.
·
Isti’la’
seperti ketika
ditanyakan pada seseorang:
كَيفَ أَصْبَحْتَ .( bagaimana keadaanmu pagi ini), lalu dijawab:
كَخَيرٍyang
bermakna
عَلَى خَيْرًا makna ini sedikit sekali
terjadi Mubadaroh(segera)
وَاسْتُعْمِلَ
اسْمًا وَكَذَا عَنْ وَعَلَى # مِنْ اَجْلِ ذَا عَلَيْهِمَا مِنْ دَخَلَ
·
Kaf
bisa dilakukan sebagai kalimat isim, begitu pula huruf
عَنْ dan عَلَىoleh karenanya keduanya bias dimasuki huruf jer مِن
PEMBAHASAN
Kaf ismiyah
Huruf jer kaf bisa dilakukan
sebagai kalimat isim (dinamakan kaf ismiyah) yang bermakna مِثْلُ(menyamai)
Kaf dilakukan ismiyah menurut imam sibaweh ditentukan dalam keadaan dlorurot syair, sedang
mengikuti kebanyakan ulama ‘,termasuk Imam Al-Farisi dan Imam Ibnu Malik, boleh
dilakukan ismiyah dalam keadaan ihtiyar.
وَمُذْ
ومُنْذُ اسْمَان حَيْثُ رَفَعَ # أَوْ أُو لِيَا الْفِعْلَ كَجِئْتُ مُذْ دَعَا
*lafadz مذdan منذdilakukan sebagai kalimat isim
apabila keduanya merofa’kan (isim mufrod) atau setelahnya berupa fiil , seperti
lafadz جِئْتُ مذ دَعَا
PEMBAHASAN
Lafadz مذ dan منذismiyah.
Dua lafadz ini dilakukan sebagai kalimah isim apabila :
·
Merofa’kan
isim,
·
Setelahnya
berupa fiil.
وإِن
يُجَرَّا فِى مُضِيَ فَكَمِن # هُمَا وَفِى الْحُضُوْرِ مَعْنَى فِى استَبِن
*lafadz مذ dan منذ apabila mengejarkan pada kalimah isim yang
menunjukkan zaman madly, maka bermakna منdan apabila
mengejarkan kalimah isim yang menunjukkan zaman hal, maka keduanya bermaknaفى
PENBAHASAN
Maknanya مذ dan
مُذُ huruf jer
·
Apabila
keduanya mengejarkan keduanya isim yang zamannya telah lewat (zaman madli) maka
keduanya bermakna من (ibtida’iyyah).
·
Apabila
mengejarkan isim yang zamannya yang sedang dilakukan (hadlir / hal), maka
keduanya bermakna فِى(dzorfiyah).
Catatan:
Perincian makna seperti diatas adalah apabila lafadz yang dijerkan
berupa isim ma’rifat, sedang apabila majrurnya berupa isim nakiroh maka
kedua huruf tersebut bemakna من danإلى secara bersamaan, seperti yang terjadi pada ma’dud (bilangan).
وَبعْدَ
مِنْ وَعَن وَبَاءٍ زِيْدَ مِ # فَلَمْ يَعُقْ عَنْ عَمَلٍ قَدْ عُلِمَا
*huruf ما dilakukan
sebagai huruf ziyadah (huruf tambahan) yang terletak setelah huruf jer عن, منba’
serta tidak mencegah pengamalannya.
PEMBAHASAN
Huruf رب yang dibuang yang beramal.
Huruf ربَّ yang dibuang secara lafadz
dan masih tetap beramal mengejarkan terletak setelah tiga huruf yaitu:
1). Setelahnya wawu
Dan masyhur dan lebih banyak dibandingkan lainnya.
2). Setelahnya بَل
Hukumnya qolil, seperti syairnya ru’bah bin ujaj.
بل
بلد ملء الفجاح قتمه * لايشتر كتانه وجهرمه
Banyak sekali negeri yang jalan rayanya penuh dengan debu, yang tenunan sutera dan alas
halunya tidak mampu dibeli.
3) .Setelahnya fa’
Hukumnya juga qolil seperti syairnya imri’il qois Al-Kindi :
فمثلك
حبلى ثد طرقت ومرضع * فألهيتها عن دي تمائم محول
Maka banyak sekali wanita hamil dan menyusui yang aku datangi pada
waktu malam, lalu mereka tergoda hingga melalaikan anaknya yang masih umur
setahun (yang banyak rewelnya) yang menganakan jimat yang digantungkan
dilehernya untuk menolak sihir.
وَقَدْ
يُجَرُّ بِسِوَى رُبَّ لَدَى # حَدْفٍ وَبَعْضُهُ يُرَى مُطَّرَدَا
Dan terkadang huruf-huruf jar yang selainnya ربyang telah dibuang masih tetap
beramal mengejarkan, dan sebagian ada yang hukumnya muttorid (terlaku).
BAB IDHOFAH
Pembahasan mengenai idhofah di dalam kitab Al-fiyyah:
نُوْنَ
تَلِى اْلإِعْرَابَ أوْتَنْوِيْنًا # مِمَا تُضِيْفُ احْدِفْ كَطُوْرٍ سِنًا
Buanglah nun yang terletak setelahnya huruf yang ditempati i’rab,
karena tanwin dari lafadz yang di idhofkan ( mudhof ) seperti lafadz طُوْرُسِنًا
Pembahasan
Nun atau tanwin
yang ada pada mudhof wajib dibuang, karena tanwin menunjukkan bahwa satu
kalimah itu terputus dari lafadz setelahnya, sedangkan idhofah itu
menunjukkan bahwa suatu kalimah masih bergabung dengan kalimah setelahnya
sedangkan mengumpulkan keduanya tidak mungkin karena terjadi pertentangan.
Contoh:
a. pembuangan tanwin
baik tanwin yang diucapkan, atau tanwin yang dikira-kirakan
seperti yang terdapat dalam isim ghoiru munshorif.
Seperti غُلاَمٌ
زَيْدٍ :Pembantunya zaid
b. Pembuangan nun
yaitu nun yang terletak setelahnya huruf yang menjadi tandanya i’rab,
seperti nunnya isim tasniyah atau jama’mudzakar salim, atau yang di
ilhaqkan.
Seperti: غُلاَمَ
زَيْدٍDua pembantunya zaid, asalnya غُلاَمَانِ
لِزَيْدٍ
Nun wajib dibuang, karena mengganti dari tanwin yang ada
pada isim mufrad. Sedangkan nunnya mudhaf yang merupakan
tempatnya i’rab hukumnya ditetapkan.
وَالثَانِى
اجْرُرْ وَانوِ أَوْفِى إذَا # لَمْ يَصْلُحْ إِلاَّ ذاكَ وَاللاَّمَ خُدَا
لِمَا
سِوَى ذَيْنِكَ وَاخْصُصْ اَوَّلاَ # اَو أَعْطِه التَّعْرِيْفَ بالَّذِى تَلاَ
·
Bacalah
jar pada isim yang kedua ( mudhof ilaih ), dan kira-kirakanlah maknanyaمن atau
فىapabila
tidak pantas kecuali dengan maknanya huruf tersebut, dan kira-kirakanlah
maknanya lam.
·
Untuk
selainnya yang pantas menyimpan maknanyaفى atau من dan takhsislah isim yang awal (mudhof) atau
ma’rifatkanlah dengan isim yang kedua ( mudhof ilaih ).
Pembahasan
Hukumnya mudhaf ilaih
Mudhaf ilaih hukumnya wajib
dibaca jar, sedangkan para ulama’ terjadi khilaf didalam amil
yang mengejarkan. Yaitu:
a. mengikuti imam
ibnu malik dan Az-zujaj
yang mengejarkan adalah huruf yang dita’dirkan.
b. imam shibaweh dan jumhurul ulama’
yang mengejarkan adalah mudhaf, dengan dalil bisa
bertemunya dhomir dengan mudhof, karena dhomir itu hanya
bisa bertemu dengan amilnya.
Maknanya yang diseimpan dalam idhofah
Idhofah itu menyimpan
salah satu dari maknanya huruf jar dibawah ini, yaitu:
a. Menyimpan
maknanya منyaitu makna bayaniyah yang
bercampur dengan makna tab’idiyah yaitu apabila mudhaf merupakan sebagaian dari
mudhaf ilaih, bersamaan dengan sahnya mengucapkan namanya mudhof dengan mudhaf
ilaih.
b. Menyimpan maknanya فى
yaitu makna dhorfiyyah, apabila mudhaf ilaih merupakan tempat(
dhorof ) bagi mudhaf.
c. Menyimpan maknanya lam
yaitu apabila idhofah tidak tertentu bermaknaمن atau فى
Pembagian idhofah
Idhofah dibagi menjadi dua yaitu:
a. idhofah mahdhoh
yaitu mengidhofahkan selainnya isim sifat yang menyerupai fi’il
mudhore’ pada ma’mulnya.
Idhofah mahdhoh memiliki dua faedah yaitu:
§ mengkhususkan (takhsis)
Yaitu apabila mudhof ilaihnya berupa isim nakirah.
§ mema’rifatkan ( ta’rif )
Yaitu apabila mudhaf ilaihnya berupa isim ma’rifat.
b. idhofah ghoiru mahdhoh
yaitu mengidhofahkan isim sifat yang menyerupai fi’il
mudhore’ pada ma’mulnya. Hal ini seperti yang di isyarohi
oleh mushonif dengan nadzom.
وَإِنْ
يُشَا بِهِ الْمُضَافُ يَفْعَلُ # وَصْفًا فَعَن تَنْكِيْرِهِ لاَيُعزَلُ
كُرَبَّ
رَاجِيْنًا عَظِيْمِ الأَمَلَ # مُرَوَّعِ الْقلبِ قَلِيْل الْحيلِ
وَذِي
الإضَافَةُ اسْمُهَا لَفْظِيَّةٌ # وَتِلْكَ مَحْضَةٌ وَمَعْنَوِيَّةٌ
·
Apabila
mudhof itu berupa isim sifat yang menyerupai fi’il mudhore’ (bermakna zaman hal
atau istiqbal) maka hukumnya tidak lepas dari kenakirohannya.
·
Seperti
lafadzرب راجينا dan seterusnya.
·
Idhofahnya
isim sifat itu dinamakan idhofah lafdhiyah, sedangkan idhofah yang pertama (
selain nya isim sifat yang berfaedah takhsis atau ta’rif ) itu dinamakan
idhofah mahdhoh dan idhofah ma’nawiyah.
Pembahasan
Idhofah ghoiru mahdhoh atau lafdiyah
Yaitu mengidhofahkan isim sifat, seperti isim fa’il, isim
maf’ul atau isim sifat musabihat, yang menyerupai fi’il mudhore’
(bermakna zaman hal atau istiqbal ) pada ma’mulnya, idhofahnya yang seperti ini
tidak memberikan faedah tahsis atau ta’rif, mudhofnya hukumnya
tetap nakirah karena hukumnya secara makna tetap terpisah dari lafadz
sebelumnya, hanya berfaedah secara lafadz meringankan kalimah dengan membuang tanwin
atau nun.
وَوَصْلُ
أَلْ بِذَاالْمُضَاف مُغْتَفَر # إنْ وُصِلتْ بِالثَّانِى كَا لْجَعْدِالشَّعَر
أَوْ بِالَّذِىْ
أضيْفَ الثّا نِى # كَزَيْدٌ الضَّارِبُ رَأسِ الْجَانى
·
Menemukan أل dengan mudhafnya idhofah lafdiyah itu diperbolehkan,
apabila mudhof ilaihnya juga diberi أل
·
Atau
lafadz yang menjadi mudhaf ilaih yang kedua juga diberiأل ( begitu seterusnya )
Pembahasan
Mudhaf didalam idhafah maknawiyah tidak boleh diberiأل karena bertentangan dengan tujuan idhofah
yaitu untuk memberi faedah ta’rif dan takhnis, sedangkan apabila mudhaf diberiأل maka
lafadnya sudah ma’rifat, maka tidak boleh mengucapkan هَذَا
الغُلَمُ رَجُلٍ Sedangkan apabila didalam idhofah lafdiyah maka mudlofnya boleh
ditemukan أل apabila :
1) Mudlof ilaihnya juga terdapat
أل
2) Mudlof ilaih yang kedua terdapatأل
3) Mudlof diidhofahkan pada
isim dhomir yang ruju’ pada lafadz yang ada أل nya.
وَكَوْنُهَا
فِى الوَصْفِ كَافَ إن وَقَعَ # مُثَنَّى أوْ جَمْعًا سَبِيْلهُ اتَّبَعَ
* Iapabila isim sifat
yang menjadi mudlof berupa isim tasniyah atau jama’ mudzakar Sali, maka
wujudnya أل dalam mudlof saja sudah dianggap
cukup, (baik mudlof
Ilaihnya
diberi أل atau tidak).
Pembahasan
ألtidak
disyaratkan bertemu dengan mudlof ilaih apabila mudlofnya itu berupa isim sifat yang tasniyah atau jama’ mudzakar, karena kalamnya sudah
menjadi panjang dan yang sesuai yaitu diringankan dengan tidak mensyaratkan
dengan wujudnya أل
وَرُبَّمَا
أَكْسَبَ ثَانٍ أَوَّلاً # تَأْنِيْثًا إن كَانَ لِحدْفٍ مُوْهَلاً
• Dan terkadang isim yang kedua (mudlof ilaih) itu bisa
mempengaruhi pada isim yang awal (mudlof) dalam muannas (dan mudzakarnya)
dengan syarat mudlofnya pantas untuk di buang.
Pembahasan
Pengaruh mudlof ilaih pada mudlof.
Mudlof ilaih itu bisa mempengaruhi pada mudllof dalam muannas dan
mudzakarnya, dengan syarat apabila mudlofnya pantas dibuang dan mudlof ilaih
ditempatkan pada tempatnya mudlof dan bersamaan maknanya masih bisa difahami.
Seperti :
a. Mudlof ilaih (yang mempengaruhi) muannasnya
mudlof
b. Mudlof ilaih (yang mempengaruhi) mudzakarnya
mudlof
ولا
يُضَافُ اسْمٌ لِمَا بِهِ اتَّحَدَ # مَعْنَا وَأَوَّلُ مُوهِمَا اِذَاوَرَدَ
• Kalimah isim itu tidak boleh diidhofahkan
pada lafadz yang searti, dan jika pada sebagian susunan bahasa arab terjadi hal
semacam itu maka harus di ta’wili.
Pembahasan
Tidak bolah mengidhofahkan pada lafadz yang searti.
Kalimah isim itu tidak diperbolehkan diidhofahkan pada lafadz yang
searti, seperti mangidhofahkan isim pada mudlorifnya (lafadz yang searti) atau
mengidhofahkan sifat pada mausufnya, atau mausul pada sifatnya karena mudhof
itu menjadi ma’rifat atau takhlis dengan mudlof ilalih sedangkan sesuatu itu
tidak bisa ma’rifat atau tahsis kecuali dengan perkara lain.
Jika terjadi didalam sebagian kalam arab hal semacam itu maka harus
dita’wili, seperti:
a. Mengidhofahkan pada mudlorifnya
b. Mengidhofkan pada mausuf pada sifatnya
c. Mengidhofahkan sifat pada mausufnya
وَبَعْضُ
الآَسْمَاءِ يُضَافُ أَبَدًا # وَبَعْضُ ذَقَدْ يَأ تِى لَفْظًا مُفْرَدًا
·
Sebagian
dari kalimah isim itu ada yang selamanya wajib diidhofahkan (dalam lafadz an
maknanya), dan sebagian yang lain ada yang hanya waib diidhofahkan dalam
maknanya saja (tidak didalam lafadznya).
Pembahasan.
Isim – isim yang wajib diidhofahkan
Isim yang wajib diidhofahkan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Wajib diidhfahkan didalam lafadz dan maknanya
2. Wajib diidhofahkan didalam maknanya saja
(tidak wajib didalam lafadznya).
وَبَعْضُ
مَا يُضَافُ حَتْمًا امْتَنَعَ # إيلاؤه اسْمًا ظَاهِرًا حَيْثُ وَقَعَ
*sebagian dari isim yang
wajib diidhofahkan dalam lafadz dan maknanya tersebut ada yang tercegah
diidhofahkan pada isim dhohir (harus diidhofahkan pada isim dhomir).
كَوَحْدَ
لَبَّى وَدَوا لَى سَعْدَى # وَشَذَّ إيلاَؤُهُ يَدَى لِلَبَّى
*seperti
lafadzوحدك, لبّيك, دواليك, سعديك adapun lafadz
لبي yang dimudhofkan pada isim dhohir yang berupa lafadz يدى itu hukumnya syadz (keluar dari
qo’idah).
Pembahasan
Pembagian isim yang wajib diidhofahkan dalm lafadz dan makna :
1. Bisa diidhofahkan pada
isim dhohir dan isim dhomir seperti contoh – contoh yang telah lewat.
2. Hanya bisa diidhofahkan pada isim dhomir saja, yaitu:
a. Lafadz وَحْد
Lafadz
ini bisa diidhofahkan pada semua dhomir (baik yang mukhotob, mutakalim dan
ghoib).
b. Lafadzلبى
Hanya boleh diidhofahkan pada dhomir mukhotob
c. Lafadzدوالى
Juga hanya boleh diidhofahkan pada dhomir mukhotob
d. Lafadzسعدى
Hanya boleh diidhofahkan pada dhomir mukhotob.
وَألْزَمُوْا
إِضَافَةً إِلَى الجُمَلْ # حَيْثُ وَإِذْ وَإن يُنَوَّنْ يُحْتَمَلْ
*lafadz حيث dan إذ dhorfiyah
itu wajib di mudhofkan pada jumlah(fi’liyah/ismiyah).dan apabila lafadz.. di
tanwin,maka di perbolehkan..
إفْرَادُ
إِذْ وَمَا كَإذ مَعْنًى كَإذ # أَضِفْ جَوَازًا نَحْوُ حِيْنَ جَانُبِذْ
*tidak mengidlofahkan
isism-isim yang seperti lafadz.. itu di perbolehkan di idhofahkan pada jumlah,
seperti halnya lafadzإذْ
Pembahasan
Lafadz yang wajib di idhofahkan pada jumlah.
1. Lafadzحيث
Bisa diidhofahkan pada jumlah ismiyah ,dan jumlah fi’liyah.
2. Lafadzإذ
Bisa diidhofahkan pada jumlah ismiyah atau fi’liyah ,seperti:
a. Dalam jumlah ismiyah
b. Dalam jumhal fi’liyah
Dengan syarat fiilnya berupa fiil madli, hal ini mencangkup
beberapa contoh yaitu:
1.berupa fiil madli dan maknanya.
2.berupa fiil madli dalam maknanya bukan dalam lafadznya.
وَبْنِ
اَوَعْرِبْ مَا كَإِذْ قَدْ أُجْرِيَا # وَاخْتَرْبِنَا مَتْلُوَّ فِعْلِ بُنِيَ
*lafadz-lafadz yang
searti dengan.. yang diidhofahkan itu hukumnya di perbolehkan di mabnikan atau
di mu’robkan. Dan pilihlah memabnikan apabila mudhof ilahnya berupa fiil yang
mabni(fiil madli)
وَقَبْلَ
فِعْلٍ مُعْرَبٍ أَوْ مُبْتَدَا # أَعْرِبُ وَمَن بَنَى فَلَن يُفَندِا
*dan apabila mudlof
ilahnya berupa fiil yang mu’rob(fiil mudlore’)atau berupa jumlah ismiyaha
(susunan mubtada dan khobar),maka yang baik adalah di mu’robkan, dan orang yang
memabnikan juga boleh.
Pembahasan
Hukumnya lafadz yang searti denganإذ
Lafadz yang searti denga إذ seperti زمان,
حين, وقت, يوم itu ketika diidhofahkan
di perbolehkan di mu’robkan atau di mabnikan.namun untuk bahas yang baik yaang
di pilih itu di perinci sebagai berikut:
a. Yang di pilih (yang terbaik)di mabnikan
Apabila
mudlof ilahnya berupa fiil madli.
Seperti: هذا
يوم جاء زيد .ini
adalah hari datangnya zaid
Boleh
di mu’rabkaan dan di ucapka هَذَا يَوْمُ جَءَ زَيْدٌ
Catatan:
alasan
memabnikan karena di samakan dengan إذ sedangkan
alasan memu’rabkan karena mengikuti hukum asalnya isim.
Maksih ini cukup membantu
BalasHapus