Dzikrulloh Warosulih SAW

BACALAH SELALU DI DALAM HATI ATAU DENGAN LISAN "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH" UNTUK DZIKIR KEPADA ALLOH WA ROSULIHI SAW

15.4.15

Mengkultuskan Rosululloh SAW

Devinisi Kultus.

Kultus berarti penghormatan yang berlebih lebihan.
Mengkultuskan berarti mendewa-dewa, memuja-muja.
(Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Lalu bagaimana dengan mengkultuskan beliau Rosululloh SAW ??

Sebagian kaum sering melontarkan tuduhan berlebihan kepada mayoritas umat Muslim yang memuji-muji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika di majlis-majlis maulid atau majlis lainnya.
sehingga menuduh kaum muslimin telah melakukan ghuluw atau berlebihan (kultus) kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka belum mampu membedakan mana ghuluw dan mana pujian yang memang patut dipuji untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal Allah Ta’alaa sendiri telah memuji Nabi-Nya itu dengan pujian-pujian agung.

Lalu apa dan bagaimana batas pujian yang berlebihan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri telah menjawabnya dan memberikan penjelasan tentang batasan pujian yang berlebihan, beliau bersabda :

لا تطروني كما اطرت النصارىابن مريم فانما انا عبده فقولوا عبد الله ورسوله

“ Janganlah kalian berlebihan dalam memujiku seperti kaum Nashrani yang berlebihan dalam memuji putra Maryam. Aku hanyalah hamba Allah, maka katakanlah (mengenaiku) “ Hamba Allah dan Rasul-Nya “ (HR. Bukhari)

Nabi tidak menggunakan lafaz “ Laa tamdahuuni “ atau “ Laa tahmaduuni “ yang artinya “ janganlah kalian memujiku “. Akan tetapi Nabi menggunakan kalimat “ Laa tathruuni “ dengan kata ihtraa yang bermakna al-mubalagah fil madhi,  yakni berlebihan di dalam pujian, artinya Nabi mengatakan, “ Janganlah kalian berlebihan di dalam memujiku “. Lalu apa dan bagaimana batasan pujian yang berlebihan ? Nabi sudah memberikan batasan yang jelas mengenai pujian yang berlebihan kepada beliau, kita perhatikan lanjutan haditsnya :

كما اطرت النصارىابن مريم فانما انا عبده فقولوا عبد الله ورسوله

“…seperti kaum Nashrani yang berlebihan dalam memuji putra Maryam. Aku hanyalah hamba Allah, maka katakanlah (mengenaiku) “ Hamba Allah dan Rasul-Nya “

Artinya kita dilarang oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji beliau dengan pujian seperti pujian kaum Nashrani kepada Nabi Isa yaitu menganggap anak Tuhan atau Tuhan, akan tetapi pujilah Nabi Saw dengan pujian yang tidak sampai mencerabut (memutuskan) beliau shallallahu ‘alahi wa sallam dari hamba Allah (kemanusiawiannya) dan kerasulannya, oleh karenanya beliau setelah itu bersabda “Aku hanyalah hamba Allah, maka katakanlah (mengenaiku) “ Hamba Allah dan Rasul-Nya “.

Artinya kita diperbolehkan memuji Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pujian-pujian indah yang tidak sampai mengganggap beliau sebagai tuhan atau anak tuhan sebagaimana pujian berlebihan kaum Nashara kepada nabi Isa bin Maryam alaihimas salam. Apalagi jika pujian-pujian yang dilantunkan kaum muslimin dalam majlis-majlis maulidnya atau lainnya itu sudah sesuai dengan kelayakan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu bagaimana bisa dituduh telah berlebihan di dalam memuji beliau ??

Tidakkah mereka tahu dan merenungkan bahwa Allah Ta’ala sang pencipta seluruh makhluk telah memuji beliau dengan kata-kata yang indah dalam al-Quran ??

Perhatikan, Allah Ta’ala berfirman :
وما ارسلناك الا رحمة للعالمين
 “ Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam “ ( QS. Al-Qalam : 4)

Dan juga Allah berfirman  :
وانك لعلى خلق عظيم
“ Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung “

 Dan ayat :
وانك لتهدي الى صراط مستقيم
 “ Dan sesungguhnya kamu benar-benar menunjukkan pada jalan yang lurus “ (QS. Al-Ahzab : 52)

Kata-kata “agung” dari Allah yang Maha Agung, memiliki makna yang besar dan tak bisa dijangkau batasnya dengan pikiran kita. Artinya kita bebas untuk menisbatkan sifat-sifat kesempurnaan makhluk bagi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa batas (kecuali menjadikan beliau sebagai tuhan) karena setinggi apapun pujian kita, tak akan mampu menandingi pujian Allah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut.

Bahkan Allah Ta’ala sendiri melabelkan beberapa sifat-Nya kepada Nabi Saw. Dalam al-Quran Allah Swt berfirman :
لقد جاءكم رسول من انفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رؤوف رحيم
 “Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang Rasul dari golongan kalian sendiri, terasa berat baginya penderitaan kalian, ia sangat mengharapkan kebaikan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi penyayang bagi umat mukmin (QS at-taubah 128).

Lihat bagaimana Allah Ta’alaa menyematkan dua asma-Nya untuk Rasulullah Saw yaitu Rauufdan Rahiim (pengasih dan penyayang). Bukan berarti sifat kasih dan sayang Nabi itu sama dengan sifat kasih dan sayang Allah Ta’alaa. Namun sifat kasih dan sayang dalam batas kemanusiawiaan tidak sampai batas ketuhanan.

Para sahabat dan ulama salaf, memahami hal ini dengan baik sehingga tidak sedikit para sahabat yang memuji-muji Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam dengan pujian indah dan tinggi. Di antaranya adalah pujian yang disampaikan sahabat Hassan bin Tsabit :
واحسن منك لم تر قط عيني   #  واجمل منك لم تلد النساء
خلقت مبرأ من كل عيب    #   كأنك قد خلقت كما تشاء
 Yang lebih baik darimu, belum pernah mataku memandangnya
Yang lebih indah darimu, belum pernah pernah dilahirkan oleh para wanita
Engkau diciptakan terbebas dari segala kekurangan
Seolah engkau tercipta dengan sekehendakmu sendiri.

Sahabat Sariyah pun pernah memuji Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
فما حملت من ناقة فوق ظهرها … أبر وأوفى ذمة من محمد
 “ Tidak ada seeokor unta pun yang membawa seseorang di atas punggungnya, yang lebih baik dan menepati janjinya daripada Muhammad “

Dan masih banyak lagi pujian para sahabat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga membuat Nabi senang dan terkadang Nabi pun memberikan hadiah pada yang memujinya. Ini semua membuktikan mengenai bolehnya memuji beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pujian setinggi-tingginya.


Nama beliau sendiri yaitu Muhammad, merupakan bentuk isim maf’ul dari kata HammadaYuhammidu Tahmiidan, yang secara bahasa artinya adalah yang banyak dipuji. Ini merupakan isyarat bahwa memang beliau pantas untuk selalu dipuji.

0 komentar:

Posting Komentar