الموصول
ISIM MAUSHUL
Devinisi Isim Maushul
وهو
ما افتقر أبدا إلى عائد أو خلفه وجملة أو شبهها
Yaitu isim yang selamanya membutuhkan pada Aid atau penggantinya dan
membutuhkan jumlah atau sesamanya
Contoh : جاء
الذي ضربته telah datang orang yang telah kupukul (ada Aid dan jumlah)
جاء الذي ضربت زيدا telah datang orang yang saya telah memukul Zaid (pengganti Aid).
Pembagian Isim Maushul
1.
MAUSHUL
HARFI
ما
يحتاج إلى صلة ولا يحتاج إلى عائد وأول مع صلته بمصدر
Yaitu kalimah huruf yang membutuhkan pada shilah, dan tidak
membutuhkan ‘Aid, dan kalimah huruf tersebut bersamaan shilahnya ditakwil
dengan masdar.
Maushul harfi terdapat lima huruf, yang dikumpulkan oleh Imam
Syihab As-Sandubi dalam Nadzom :
وهاك حروفا
بالمصادر اولتو ذكر ي خمسا أصح كما رووا
وها هي أن
بالفتح أن مشددا وزيد عليها كي فخذها
وما ولو
v Ambilah beberapa huruf yang dita’wil
dengan masdar, dan yang kusebutkan ada lima huruf merupakan Qoul Ashoh.
v Kelima huruf itu yaitu : 1. أن
(dengan dibaca fathah hamzahnya), 2. أنَ (dengan ditasydid nunnya) 3. كي 4. ما 5. لو
Contoh :
a.
Huruf أن
وأن تصوموا خير لكم berpuasanya
kalian semua itu lebih baik bagi kalian
Di ta’wil
dengan masdar صيامكم
b.
Huruf أنّ
أو لكم يكفهم أنّا أنزلناه apakah tidak mencukupi bagi orang-orang kafir bahwa aku telah
menurunkan Al-Qur’an.
Di
ta’wil dengan masdar إنزالنا إيّاه
c.
Huruf كي
Ditemukan
hanya dengan fi’il mudhore’
جئت لكي تكرم زيدا saya datang supaya kamu memuliakan Zaid
Di ta’wil
dengan masdar لل اكرامك
d.
Huruf ما
Merupakan
ما
masdariyah dhorfiyah
Seperti : لا أصحبك ما دمت منطلقا saya tidak akan menemanimu
selama kamu bepergian.
Di
ta’wil مدة دوامك
Atau merupakan masdariyah tapi bukan dhorfiyah
Seperti : بما نسوا يوم الحساب sebab lupanya orang-orang kafir pada hari Qiyamat.
Di
ta’wil نسيانهم
Untuk yang bukan dhorfiyah bisa
ditemukan fi’il madli seperti contoh diatas, dan juga bisa bertemu fi’il
mudlori’ dan jumlah ismiyah.
Seperti : لا
أصحبك ما يقوم زيد saya tidak
akan menemani selama Zaid berdiri
لا اصحبك ما زيد قائم saya tidak akan
menemanimu selama Zaid berdiri
( Hal ini hukumnya Qolil).
e.
Huruf لو
Huruf ini bisa bertemu fi’il madli
dan mudlori’
Seperti :
يودّ احدهم لو يعمّر ألف سنة salah seorang orang yahudi berharap diberi umur seribu tahun.
وددْت لو قام زيد saya senang apabila
Zaid berdiri.
f.
Huruf أنْ
Merupakan أنْ
masdariyah, huruf ini bertemu dengan fi’il yang munshorif, baik berupa fi’il
madli atau mudlori’.
Seperti :
عجبتُ من أن قام زيد saya kagum atas berdirinya Zaid di ta’wil من
قيام زيد
وأن تصوموا خيرلكم puasa kalian itu lebih baik di ta’wil صومكم
g.
Huruf أنّ
Dengan ditemukan isim dan khabarnya
seperti :
أو لم يكفهم أنّا أنزلناه apakah tidak mencukupi bagi orang-orang kafir bahwa aku telah
menurunkan Al-Qur’an, di ta’wil إنزالنا إيَاه
Hukumnya أنّ
yang dibaca takhif (dirinagankan, diucapakan أنْ)
sama dengan أنّ yaitu dengan
ditemukan isim dan khabarnya akan tetapi isimnya أنّ
yang mukhoffah dibuang, sedang أنّ
yang mutsaqqol disebutkan.
Catatan :
Sebagian dari maushul harfi adalah الذي dalam sebagian tingkahnya .
Seperti
: وحضتم كالذي حاضوا kalian
membicarakan seperti membicarakannya orang kafir.
Lafadz di ta’wil كاخوضهم namun mengikuti Qoul
Ashoh Ta’wilannya
adalah كالحوض الذي
خاضو, dengan demikian الذي
bukan maushul harfi tandanya maushul harfi yaitu apabila tempatnya maushul
harfi dan lafadz setelahnya boleh ditempati masdar.
2.
MAUSHUL
ISMI
Devinisinya
seperti yang telah disebutkan diatas, sedang lafadz-lafadznya seperti
dinadzomkan Imam Ibnu Malik,yaitu :
موصوالأسماء
الذي الأنثى التي # واليا إذا ما ثنيا لا تثبت
بل ما
تليه أوله العلامة # والنون إن تشدد فلا ملامة
والنون
من ذين وتين شدّد # أيضا وتعويض بذاك قصدا
جمع الذي
الآلى الذين مطلقا # وبعضهم بالواو رفعا نطقا
بالتي
واللاءالتي قد جمعا # واللاء كالذين نزرا وقعا
v Lafadznya isim maushul yaitu الذي (untuk mufrod mudzakar) sedang untuk muannas mufrod الّتي huruf
ya’ (dari lafadz الذي, الّتي) ketika
ditasniyahkan.
v Itu dibuang, kemudian pada huruf
yang berdampingan dengan ya’ diberi alamat tasniyah ( yang berupa alif dan nun
ketika Rofa’ atau ya’ dan nun ketika Nashob dan Jar). Huruf Nun ( dari Tasniyah الذي, الّتي) apabila ditasydid itu tidak tercela.
v Begitu pula tidak tercela membaca
tasydid pada isim isyaroh ذين dan تين
, sdang tujuan membaca tasydid adalah untuk mengganti huruf yang terbuang.
v Jama’nya lafadz الذي adalah lafadz الألى dan lafadz الذين secara mutlaq ( Rofa’, Nashob dan jar ),
sedang sebagian ulama mengucapkan الذين
dengan diganti wawu الذون ketika rofa’.
v Lafadz الّتي itu dijama’kan dengan lafadz اللات
dan اللاء itu menempati tempatnya الذين secara langka ( menjadi
jama’nya الذي ).
LAFADZ-LAFADZ ISIM MAUSHUL
A.
Untuk Mufrod Mudzakar
Menggunakan
lafadz ذا , baik itu mufrod secara haqiqat atau
mufrod secara hukum, berakal atau tidak.
Contoh
:
1. Mufrod haqiqot
زيد الذي يزورون
رجل كريم Zaid yang menziarohiku adalah seorang lelaki mulya.
2. Mufrod hukman
الفريق الذي أكون فيه فريق نافع perkumpulan kelompok yang aku didalamnya adalah perkumpulan yang
bermanfa’at.
3. Berakal , seperti contoh pertama
4. Tidak berakal
اليوم الذي
سافرت فيه كان يوما ممطرا hari yang aku gunakan pergi adalah
hari hujan.
B.
Untuk Mufrod Muannas
Menggunakan
lafadz التي secara mutlaq (berakal atau tidak )
Contoh
:
جاءت
امرأة التي تجتهد في دروسها telah datang seorang wanita yang rajin dalam pelajarannya.
Catatan
:
Lafadz
الذي dan التي
itu memiliki 6 lughot yaitu :
1.
Menetapkan
ya’
Diucapkan الذي
dan التي
2.
Membuang
ya’ bersamaan menetapkan kasroh, diucapkan الذ
dan الت
3.
Membuang
ya’ bersamaan mensukun dal dan ta’, diucapkan الذ
dan الت
4.
Membaca
tasydid pada ya’ bersamaan membaca kasroh, diucapkan الذيّ
dan التيّ
5.
Membaca
tasydid pada ya’ bersamaan membaca dlommah , diucapkan الذيّ dan التيّ
6.
Membuang
alif dan lam dan membaca tahfif pada ya’ yang sukun diucapkan ذي
Dan تي
C.
Tasniyahnya الذي Dan التي
Kedua
lafadz ini jika ditasniyahkan ya’nya dibuang , kemudian ditambahkan alamat
tasniyah yang berupa Alif dan Nun ketika
Rofa’ serta ya’ dan nun ketika Nashob.
Maka
diucapkan الذان , اللتان ( ketika Rofa’
) dan diucapkan الين,اللتين ( ketika Nashob dan jar).
Contoh
:
اللذان قامجاء Telah datang
dua orang lelaki yang telah berdiri
جاءت اللتان قامتا Telah datang dua orang wanita yang telah
berdiri
Catatan
:
·
Kedua
lafadz tasniyah tersebut menurut lughotnya Bani Tamim dan Qois, nunnya boleh
ditasydid sebagai ganti dari huruf ya’ yang dibuang. Maka ketika Rofa’
diucapkan اللذانَ dan اللتانّ dibaca tasydid pada nunnya menurut para ulama’. Ketika Nashob
dan jar diucapkan اللذين dan اللتين dicegah pentasydidannya menurut ulama bashroh dan diperbolehkan
ulama’ kuffah.
·
Ya’
nya الذي dan التي
ketika ditasniyahkan dibuang, karena ya’ tidak memiliki bagian harakat dan
hukumnya mabni sukun, maka berkumpulah dua huruf yang mati atara ya’ dan alamat
tasniyah, lalu ya’ dibuang , selain itu hal ini yang membedakan antara tasniyah
nya lafadz yang mu’rob dengan yang mabni.
·
Pentasydidannya
isim isyaroh ذا dan تا , ketika ditasniyahkan pada nun tasniyahnya ditasydid sebagai
ganti Alif yang dibuang maka pengucapannya ذانّ
dan تانّ. Hukum pentasydidannya ketika rofa’
diperbolehkan namun ketika nasob dan jar juga diperbolehkan menurut Qoul yang
Ashoh, ذين
dan تين.
D.
JAMA’NYA ISIM MAUSHUL الذي
Lafadz
الذي ketika dijama'kan mempunyai dua lafadz ,
yaitu :
1.
الألى (dengan dibaca maqshur) paling banyak lafadz ini digunakan untuk
perkara yang berakal dan untuk yng tidak berakal hukumnya qolil, lafadz ini
terkadang dibaca mamdud,الألاء
Seperti :
أبي الله للشمّ
الألاء كأنهم # سيوف أجد القين يوما صقالها
Semoga Allah mencegah penciumannya
orang-orang itu, seakan mereka seperti pedang-pedang yang tajam mengkilat yang
dibikin oleh para empu.
Lafadz (الألى
) terkadang digunakan untuk jama’nya التي.
Seperti : محاحبّها
حبّ الألى كنّ قبلها
( cinta pada laila,
menghilangkan cintaku pada
wanita-wanita sebelumnya)
2.
اللذين secara mutlaq , lafadz
ini dicapkan اللذين dalam tingkah apapun.
Seperti : جاء
الذين قاموا telah datang
orang-orang yang telah berdiri.
Catatan :
·
Lafadz
الألى adalah isim jama’ sedang lafadz ,
mengatakan jama’ pada lafad ini adalah majaz.
·
Lafadz
اللذين ini khusus pada perkara yang berakal, jika
mufrodnya sifatnya umum baik berakal maupun tidak.
E.
JAMA’NYA ISIM MAUSHUL التي
Lafadz
ini ketika dijama’kan memiliki dua lafadz, yaitu :
1.
اللات dengan membuang ya’ atau
menetapkannya
Seperti : جاءنى
اللات فعلتُ
2.
اللاء dengan membuang ya’ atau menetapkannya
Seperti : جاءك
اللاء قمن
Catatan
:
v Terkadang bisa terjadi, lafadz
اللاء menempati tempatnya اللذين .
v Lafadz التي jga dijama'kan dengan lafadz اللأولى,
الوات, الواتي, الوا, اللاّات lafadz-lafadz ini bukan jama’ tapi isim
jama’.
ومن وما وأل تساوي ماذكر # وهكذا ذوعند طيّئ
شهر
وكالّتي أيضا لديهم ذات# وموضع اللات أتى ذوات
ومثل ما ذابعد ما استفهام # أو من إذا لم تلغ
في الكلام
v Isim maushul أل, ما, من itu menyamai semua isim maushul yang telah
disebutkan ( bisa untuk mufrod, tasniyah, jama’ mudzakar atau muannas).
v Begitu juga lafadz ذو menurut qobilah thoyyi’.
v Dan sama dengan التي ( untuk mufrod muannas ) lafadz ذات
menempati tempatnya اللات
v Lafadz ذا menyamai isim maushul ما, ketika tidak diilgho’kan didalam kalam
.
F.
ISIM MAUSHUL من
Isim
maushul من itu untuk mufrod , tasniyah , jama'
mudzakar atau muannas, sedang asal terlakunya untuk perkara yang berakal.
Contoh
:
1.
Mufrod
mudzakar جاءني من قام
2.
Mufrod
muannas جاءني من قامت
3.
Tasniyah
mudzakar جاءني من قام
4.
Tasniyah
muannas جاءني من قامتا
5.
Jama’
mudzakar جاءني من قاموا
6.
Jama’
muannas جاءني
من قمن
Catatan
:
·
Terkadang
isim maushul من digunakan untuk
perkara yang tidak berakal, kerena adanya sebab yang terjadi :
a.
Diserupakan
dengan perkara yang berakal
b.
Ditaghlib
dalam percampurannya dengan perkara yang berakal
c.
Karena
bersamaan dengan perkara yang berakal didalam umumnya perincian
·
Yang
paling banyak didalam dhomir من adalah dengan
memandang lafadz (i’tibarul lafdzi) yaitu
berupa dhomir mufrod.
G.
ISIM MAUSHUL ما
Digunakan
untuk mufrod , tasniyah , jama’ mudzakar atau muannas. Digunakan untuk perkara
yang tidak berakal.
Contoh
:
1.
Mufrod
mudzakar أعجبني
ما ركب
2.
Mufrod
muannas أعجبني
ما ركبت
3.
Tasniyah
mudzakar أعجبني
ما ركبا
4.
Tasniyah
muannas أعجبني
ما ركبتا
5.
Jama’
mudzakar أعجبني
ما ركبوا
6.
Jama’
muannas أعجبني ما ركبن
Catatan
:
·
Isim
maushul ما terkadang digunakan pada lafadz yang
berakal.
·
Lafadz من dan ما
selain digunakan dalam isim maushul juga digunakan pada :
1.
Isim
isyaroh
2.
Isim
syarat
3.
Isim
nakiroh yang disifati
4.
Isim
nakiroh yang tammah
H.
ISIM MAUSHUL أل
Digunakan
untuk mufrod, tasniyah, jama’ mudzakar
atau muannas, berlaku untuk yang berakal dan tidak berakal.
Seperti
:
1. Mufrod mudzakar جاءنى القائم والمركوب
2. Mufrod muannas جاءني القائمة
والمركوبة
3. Tasniyah mudzakar جاءني
القائمان والمركبان
4. Tasniyah muannas جاءني القائمتان والمركوبتان
5. Jama’ mudzakar جاءني القائمون والمركبون
6.
Jama’ muannas جاءني
القائمات والمركوبات
Catatan
:
Para
ulama terjadi perbedaan pendapat didalam kemaushulannya أل terdapat tiga qoul yaitu, jumhur ulama
berpendapat bahwa أل adalah isim maushul,
dengan dalil kembalinya dhomir pada AL , dianggap baik sepinya sifat dari
maushul, mengamalkan isim fail bersamaan Al dan masuknya Al pada fiil.
I.
ISIM MAUSHUL ذو
Lafadz
ذو dilakukan isim maushul adalah menurut
lughotnya Qobilah Thoyyi’dilakukan untuk perkara yang tidak berakal atau tidak.
Menurut qoul yang masyhur dikalangan Thoyyi’ bahwa lafadz ذو
itu dimabnikan untuk menunjukkan mufrod , tasniyah , jama’ mudzakar atau muannas.
Sebagian qobilah Thoyyi’ mengi’robi pada lafadz ذو Rofa’ dengan Wawu, Nashob dengan Alif dan Jar
dengan Ya’.
Seperti
:
1. Mufrod mudzakar جاءني ذو قام
2. Mufrod muannas جاءني ذو قامت
3. Tasniyah mudzakar جاءني
ذو قاما
4. Tasniyah muannas جاءني ذو قامتا
5. Jama’ mudzakar جاءني ذو قاموا
6.
Jama’ muannas جاءني
ذو قمن
J.
ISIM MAUSHUL ذات
Lafadz ذات dilakukan isim maushul menurut lighotnya
Qobilah Thoyyi’, yang bermakna التي (untuk mufrod
muannas ), sedang yang asli dimabnikan dhammah.
Seperti
:
1.
Rofa’ جاءت ذات قامت
2.
Nashob
رأيت ذات
قامت
3.
Jar مررت بذات
قامت
K.
ISIM MAUSHUL ذا
Lafadz ذا dilakukan isim mashul dengan syarat terletak
setelah ما atau من
Istifham,
sedang maknanya sama dengan ما ( digunakan untuk mufrod, tasniyah, jama’ mudzakar
atau muannas).
Jika
ما atau من
istifham diilghohkan antara ذا dan , ما
atau من dijadikan satu, menjadi isim istifham,
maka ذا tidak menjadi isim maushul. Perbedaan
antara ذا yang dijadi maushul dan tidak akan tampak
didalam badal dari isim istifham.
Seperti
:
1.
من ذا عنداك siapa disampingmu ?
2.
ما ذاك عنداك apa disampingmu ?
3.
من ذا جاءك siapa yang datang padamu ?
4.
ما ذا فعلت apa yang kamu kerjakan ?
وكلها يلزم بعده صلة # على ضمير لائق مشتملة
وجملة أو شبهها الذي صلة # به كمن عندي الذي ابنه كفل
وصفة صريحة صلة ال # وكونها بمعرب لأفعال قل
v semua isim maushul setelahnya harus
terdapat shilah yang mengandung dlomir yang sesuai dengan isim maushulnya.
v Lafadz yang dijadikan shilah harus
berupa julah atau shibeh jumlah.
v Shilahnya AL harus berupa isim sifat
yang shorih, sedangkan shilahnya Al yang berupa fiil yang mu’rob, itu hukumnya
qolil.
SHILAH DAN ‘A-IDNYA ISIM MAUSHUL
Setiap isim maushul itu membutuhkan para shilah, yaitu lafadz yang
digunakan untuk menentukan dan menyempurnakan maknanya isim maushul, dan
disyaratkan didalam shilah harus ada ‘aid yaitu dhomir yang rujuk serta sesuai
isim maushul, yaitu dengan :
a.
Jika
isim maushulnya mufrod maka ‘aidnya mufrod
b.
Jika
isim maushulnya tasniyah maka ‘aidnya juga tasniyah
c.
Jika
isim maushulnya jama’ maka ‘aidnya juga jama’
Tujuan ‘aid adalah supaya terjadi hubungan antara shilah dan isim
mausul, isim maushul ما atau من diperbolehkan dalam
‘aidnya muro’atullafdzi, yaitu berupa dhomir mufrod, jika tasniyah maka
dhomirnya juga tasniyah begitu juga hanlnya jama,.
Seperti :
1.
Muro’atul
lafdzi
ومنهم من يستمع
إليك
2.
Muro’atul
makna
سعاد التي اضنك
حبّ سعاد
BENTUK LAFADZNYA SHILAH
Lafadz yang
dijadikan shilah harus berupa jumlah atau shibeh jumlah.
a.
Shilah
berupa jumlah, disyaratkan tiga hal :
1.
Berua
jumlah khobariyah
2.
Seoi
dari makna ta’ajjub
3.
Jumlah
yang dijadikan shilah tidak membutuhkan pada kalam sebelumnya.
b.
Shilah
berupa serupa jumlah ( shibeh jumlah )
1.
Dzhorof
2.
Jar
majrur, tidak tam.
SHILAHNYA ISIM MAUSHUL أل
Lafadz yang
menjadi shilahnya disyaratkan berupa isim sifat shorihah, yang dimaksud adalah
:
1)
Isim
fail
2)
Isim
maf’ul
3)
Amtsilatul
mubalaghoh
4)
Isim
sifat musyabbahat, terdapat dua khilaf yaitu menurut jumhur ulama tidak
perbolehkan karena Al nya bukan Al maushul tetapi Al ma’rifat. Sebagian
ulama diprbolehkan karena ada keserupaan dengan kalimah fiil.
SHILAHNYA أل BERUPA FIIL MUDLORI’
Fiil mudlori’ yang
dijadikan shilahnya Al hukumnya sedikit. Menurut jumhur ulama ditentukak dalam
dlorurot syiir,sedang menurut Imam Ibnu Maik bisa terjadi dalam keadaan
ikhtiyar, sesuai ulama kuffah. Dan hukumnya syadz Al yang bertemu denga jumlah
ismiyah dan dzorof ( jumlah ismiyah dan dzorof ).
اي
كما وأعربت مالم تضف # وصدر وصلها ضمير انحدف
بعضهم
اعرب مطلقا وفي # ذالحذف أيا غير أي يقتف
انيسطال وصل وان لم يسطال # فالحذف نزر وأبوا ان يحتزل
ان
صلح الباقيي لوصل مكمل
v Lafadz أيّ
itu dilakukan sebagai isim maushul sebagaimana
v Lafadz ما
dan dihukumi mu’rob selama tidak di idhofahkan bersamaan shodar shilah (
permulaan shilah ) nya berupa dlomir yang dibuang.
v Dan sebagian ulama’ memu’robkannya
secara mutlaq, dan didalam masalah pembuangan shodar shilah, isim maushul
selainnya أيّ
itu mengikuti pada أيّ
v Jika shilahnya dianggap panjang, dan
jika shilahnya tidak dianggap panjang, maka pembuangan shodar shilah (
selain أيّ
) itu dihukumi langka, dan para ulama’ mencegah membuang shodar shilah.
v Apabila lafadz yang tersisa itu
masih layak shilah yang menyempurnakan pada isim maushul (masih berupa jumlah /
sibih jumlah yang terdapat dlomir yang kembali pada isim maushul).
ISIM
MAUSHUL أيُّ
Lafadz
أيُّ
itu dilakukan sebagai isim maushul seperti lafad ما, yaitu dengan satu lafadz untuk mufrod,
tasniyah jama’ mudakkar dan muannas.
Seperti
:يعجبني أيهم
هوقائم mengagumkanku salah seorang dari kaum yang berdiri.
HUKUMNYA
أيّ
Isim
maushul أيّ
dihukumi mu’rob selama tidak diidhofahkan bersamaan shodar shilah nya di buang,
hal ini mencakup tiga keadaan yaitu:
1.
Lafadz أيّ di
idhofahkan bersamaan shodar shilahnya disebutkan seperti: يعجبني أيهم هوقائم,رأيتهم أيهم هوقائم,
مررت بأيهم هو قائم
2.
Lafadz أيّ tidak di
idhofahkan bersamaan shodar shilahnya dibuang, seperti:مررت بأي قائم, رأيت أيا قائما, يعجبني أي قائم
3.
Lafadz أيّ tidak di
idhofahkan bersamaan shodar shilahnya disebutkan
Seperti:, مررت بأي هو قائم
Lafadz أيّ dimabnikan dhommah, ketika dimudhofkan dan
shodar silahnya dibuang.
Seperti: مررت بأيهم قائم, ورأيت أيهم قائم , يعجبني أيهم قائم
PEMBUANGAN
SHODAR SHILAH PADA SELAINNYA أيّ
Isim maushul selainnya أيّ itu shodar
silahnya boleh dibuang, dengan syarat jika shilahnya dianggap panjang, hal ini
disebabkan wujudnya suatu lafadz yang berhubungan dengan shilah seperti:
1.
Ma’mulnya khobar
2.
Naatnya khobra
3.
Dan lain-lain.
والحذف
عندهم كثير منجلي
في عائد
إن نتصب # بفعل أو وصف كمن نرجو يهب
كذاك حذف
ما بوصف حفضا # كأنت قاض بعد أمرمن قضى
كذاالذي
جرّبما الموصول جر # كمرّبالذيمررت فهو برّ
v Menurut para ulama’ nahwu, banyak sekali terjadi
membuang pada A-id ( dhomir yang kembali pada isim maushul) yang berupa dhomir
muttasil yang terbaca nashob dengan fiil yang tam atau dengan sifat, seperti:
lafadz من
نرجو يهب( asalnya من نرجوه يهب).
v Begitu pula banyak terjadi membuang ‘aid yang dibaca
jar dengan isim sifat .
v Begitu pula banyak terjadi membuang Aid yang dibaca
jar dengan huruf yang sesamanya huruf itu juga mengejarkan pada isim maushul.
PEMBUANGAN
‘AID
Pembuangan
‘Aid banyak terjadi pada tiga tempat, yaitu :
1. Pada
‘aid yang berupa dlomir muttasildinashobkan dengan fiil yang tam atau dengan
isim sifat.
2. Pada
Aid yang dibaca jar dengan isim sifat yang beramal.
3. Pada
Aid yang dibaca jar dengan huruf yang sesamanya huruf tersebut juga mengejarkan
pada isim maushul.yang dimaksud sama disini adalah sama lafadznya, makna dan
mutaallaqnya.
Seperti : مرّ بالّذي مررت فهو بر
المعرّف بأداة التعريف
الحرف تعريف أواللام فقط # فنمط عرفت قل فيه نمط
وقد
تزادلازما كاللات # والأن والذي ثم الاتي
ولاضطرار كبنات الاوبر # كذا وطبت النفس ياقيس السري
v أل Adalah huruf
mema’rifatkan ( menurut imam kholil) atau huruf
lamnya saja ( menurut imam sibaweh). Lafad نمط jika dima’rifatkan dengan diucapkan النمط .
v أل terkadang dijadikan huruf tambahan yang selalu menetap seperti
lafadz اللات ,اللذين
,اللأن dan اللاتي.
v begitu pula أل ditambahkan karena dhorurot syair, seperti
lafadz بنات الاوبر dan lafadz وطبت النفس ياقيس السري.
PEMBAHASAN
HURUF
TA’RIF ( HURUF YANG MEMA’RIFATKAN)
Para ulama’
terjadi khilaf tentang huruf yang mema’rifatkan yaitu:
a.
Menurut Imam Kholil
Huruf ta’rifnya adalah أل secara keseluruhan dan mengikuti versi ini
hamzahnya أل adalah hamzah qotho’ yang dilakukan seperti hamzah washol
dikarenakan banyak terlaku. Dan qoul ini merupakan qoul yang aqrob karena
meniadakan huruf ziyadah dalam kalimah yang tidak layak terdapat ziyadah, yaitu
kalimah huruf.
b.
Menurut Imam Sibaweh
Huruf ta’rifnya adalah lam saja, sedang hamzahnya
merupakan hamzah washol dan huruf ziyadah untuk menolong mengucapkan huruf yang
mati.
Seperti : lafadz النمط macamnya alas.
PEMBAGIAN
أل TA’RIF
Pembagian
maknanya AL Ta’rif yaitu:
1.
Al lil ahdi, yang terbagi menjadi tiga:
a.
Lil Ahdi Dzihni
Yaitu
apabila maksud dari lafadz yang kemasukan Al sudah diketahui dalam hati.
Seperti
:إذهما في الغار ketika Rosululloh dan Abu Bakar di Gua Tsur.
b.
Al Lil Ahdi Dzikri
Yaitu
apabila lafadz yang kemasukan al sudah disebutkan sebelumnya.
Seperti:
جاءني رجل فأكزمت
الرجل telah datang padaku seorang lelaki maka saya
memulyakan laki-laki itu.
c.
Al Lil Ahdi Khudlur
Yaitu
apabila lafadz yang yang kemasukan al perkaranya hadhir. Seperti disamping kita
ada seorang lelaki, kita ucapkan:
أكرمت الرجل : saya memulyakan lelaki (yang hadir)
itu
اليوم أكملت لكم دينكم : pada hari ini (hari arofah) aku sempurnakan
lagi kalian agama kalian.
2.
Al Jinsiyah
Yang terbagi tiga yaitu:
a.
Istighroqil Afrod
Yaitu
apabila tempatnya al bisa ditempati lafadz كل secara haqiqot.
Seperti : إن الانسان لفى خسر sesungguhnya semua jenisnya manusia itu dalam kerugian ( sah
diucapkan كل الإنسان)
b.
Istigrhoqil Jinsi
Yaitu
apabila tempatnya al bisa ditempati lafadz كل secara majaz.
Seperti: أنت الرجل علما kamu seorang lelaki yang sempurna ilmunya ( (diucapkan الرجل كل)
c.
Al Haqiqoh
Untuk
mengisyarohi pada haqiqot suatu perkara yang hadir didalam tanpa memandang pada
masing-masing individu (afrod), dan lafadz yang dimasuki al sama maknanya
dengan alam jinis.
Seperti:
الرجل خير من
المرأة haqiqot orang laki-laki itu lebih baik
disbanding perempuan.
MELAKUKAN
أل SEBAGAI HURUF ZIYADAH
A.
أل ditambahkan secara lazimah (tetap) pada
lafadz-lafadz yang sejak asal cetaknya sudah ada أل nya.
Seperti:
1.
lafadz اللات nama
berhala yang ada di Makah
2.
lafadz اللأن merupakan
dhorof zaman mabni fathah
3.
lafadz اللذين isim
maushul
4.
lafadz اللاتي isim
maushul
B.
Penambahan al yang ghoiru luzum (tidak tetap), yaitu
yang karena dhorurotnya syair, seperti:
1.
Lafadz بنات أوبر ( nama jamur)
ولقد جنيتك أكمؤا وعساقلا ( ) ولقد نهيتك عن بنات الأوبر
·
Sungguh aku telah memetikan untukmu jamur kecil dan
jamur besar, dan sungguh aku telah mencegahmu memetik jamur terucuk.
·
Sedang menurut Imam Mubarroh AL pada lafadz الأوبر bukan
merupakan Al Ziyadah karena bukan alam.
2.
Lafadz النفس yang
dijadikan tamyid
Tamyid
diisyaratkan berupa isim nakiroh, jika ditambha al itu diperbolehkan karena
dhorurot syair, seperti:
رأيتك لما أن عرفت وجو هنا ( ) صد د ت وطبت النفس يا قيس عن عمرو
·
Ketika kamu mengetahui ketangguhan dan kekuatanku
dalam peperangan serta banyaknya pedang yang mengenai sasaran, kulihat dirimu
berpaling. Wahai qois dirimu telah rela atas terbunuhnya teman karibmu amar (
rosyid bin syihab al-yaskuri)
Catatan:
·
أل dihukumi ziyadah pada lafadz النفس yang
menjadi tamyiz adalah mengikuti ulama’ bashroh yang berpendapat bahwa tamyiz
harus berupa isim nakiroh, sedang menurut ulama’ kufah alnya lafadz النفس bukan al ziyadah karena mereka memperboleh
membuat tamyiz, berupa isim ma’rifat.
وبعض
الأعلام عليه دخلا ( ) للمحما قد كان عنه نقلا
كاالفصل
والحارث والنعمان ( )فذكرذا وحذفه سيان
وحذف
ال ذي ان تنادأوتذف ( ) أوجب وفي غيرهما قد تنحذف
v Sebagian dari
alam manqul ada yang kemasukan al dengan tujuan untuk memandang pada lafadz
asal sebelum dipindah dijadikan nama.
v Seperti lafadz الفصل, الحارث , النعمان,
sedangmenyebutkan al dan membuangnya itu hukumnya sama.
v Lafadz yang
berupa mudhof atau lafadz yang bersamaan al, seperti lafadz العقبة itu
terkadang menjadi alam secara gholabah ( keumuman dengan mengalahkan yang
lain).
v Membuang alnya
alam yang gholabah jika dijadikan munada atau di idhofahkan itu hukumnya wajib,
sedang pada selainnya munada dan idhofah itu terkadang
alnya dibuang.
PEMBAHASAN
AL
ZIYADAH UNTUK MEMANDANG MAKNA ASAL
Alam manqul itu bisa kemasukan al dengan tujuan untuk memandang pada
lafadz atau maknanya sebelum dijadikan alam, dengan demikian alnya merupakan al
ziyadah, karena tidak menyebabkan ma’rifat sebab lafadznya sudah ma’rifat
dengan alamiyah (dijadikan nama).
Sedang
hokum menyebutkan al dan membuangnya itu sama yaitu lafadnya sama-sama ma’rifat
sebelum kemasukan al.
Contoh:
1.
Lafadz الفصل pak fadl,
al yang masuk pada lafadz ini, untuk meliahat kembali pada lafadz asalnya
sebelum dijadikan alam, yaitu bahwa asalnya adalah masdar yang bisa kemasukan
al dengan juga melihat kepada maknanya dengan tujuan orang yang diberi nama
fadl ( yang artinya utama) menjadi orang yang memiliki keutamaan.
2.
Lafadz الحارث pak harist.
Al yang masuk pada lafadz ini untuk melihat bahwa sebelum dijadikan nama lafadz
ini adalah isim fail yang bisa kemasukan al, dan juga melihat pada makna
asalnya, yaitu agar orang yang diberi nama Harist ( yang artinya petani) bisa
hidup menjadi petani yang berhasil.
3.
Lafadz النعمان pak nu’man. Lafadz ini kemasukan al untuk
melihat pada lafadz asalnya yaitu merupakan nama daerah, dan melihat apada
makna asalnya yaitu sifat merah yang yang selalu melekat (iltizam) pada darah.
Catatan:
·
Jika lafadz النعمان dijadikan
nama sejak asal cetaknya, maka alnya termasuk al yang ditambhalan secara
lazimah,
Seperti
nama:بن المنذر النعمان nama raja
arab. Hal ini seperti yang disebutkan Imam Ibnu Malik dalam kitab Tashil,
sedang jika sejak asal cetak dijadikan nama tidak ada al nya maka al nya
merupakan ziyadah yang tidak tetap yang berfaidah melihat ( lamhu) pada lafadz
asal.
·
Di faham dari dawuhnya nadzim( وبعض الأعلام) tidak sama
alam manqul bisa menerima al, seperti lafadz محمد, صالح,معروف , karena hal ini hukumnya sima’i.
PEMBUANGAN
AL DALAM ALAM GHOLABAH
DEVINISI
ALAM GHOLABAH
Yaitu kalimah isim yang pada asal cetaknya itu umum, kemudian dalam
terlakunya digunakan tertentu.
Lafadnya
alam gholabah ada dua yaitu:
1.
Berupa mufrod
Seperti: lafadz ابن مسعود, ابن عباس, ابن عمر tiga lafadz in I pada asalnya maknanya
umum, yaitu untuk setiap orang yang menjadi anaknya umar, anaknya abbas dan
anaknya mas’ud. Kemudian dalam terlakunya menjadi tertentu dengan mengalahkan
yang lain ( gholabah), yaitu untuk orang yang namanya dimulai عبدل yaitu
lafadz عبد الله
ابن مسعود, عبد الله ابن عمرdan عبد الله ابن عباس.
2.
Berupa lafadz yang bersamaan AL.
Seperti: lafadz العقبة lafadz ini
pada asal maknanya umum yaitu: untuk setiap jalan pegunungan yang menanjak yang
sulit dilalui kemudian dilakukan khusus yaitu untuk jalan terjal yang ada di
mina. Atau seperti lafadz المدينة lafadz ini
pada asalnya umum untuk setiap kota, kemudian dilakukan khusus untuk kota
madinah almunawaroh.
PEMBUANGAN
AL
Al yang ada dalam alam gholabah hukumnya wajib dibuang jika dijadikan
munada atau diidhofahkan , seperti:
a.
Menjadi munada يا مدينة tidak boleh
يا المدينة
b.
Diidhofahkan مدينة الرسول tidak boleh المدينة الرسول
Sedang
jika tidak menjadi munada atau diidhofahkan hokum pembuangan al terkadang
terjadi,
Seperti:
هذا عيوق طالعل ini binatang ayyuq sedang terbit ( aslnya العيوق)
Lafadz
العيوق pada aslnya maknanya umum yaitu nama dari
setipa bintang, kemudian dilakukan tertentu untuk bintang tsuroya, sedang
bintang dabron berada diantara keduanya, seperti ucapan orang arab:
إن
الدبران يخطب الثريا والعيوق يعوقه
(
sesungguhnya bintang dabron melamar bintang tsuroya, sedang bintang ayyuq
menghalanginya)
Note
: Apabila
banyak kekeliruan dalam penulisan kami mohon maaf selaku penulis, dan bila ada
kekurangan dalam contoh dapat diteliti lagi di buku tarjamah alfiyah ibnu malik
juz awwal. Terimakasih.
Syukran..smg ilmunya dn umurnya berkah.aamiin
BalasHapusSyukron bg
BalasHapusTerima kasih atas informasinya
BalasHapus