Dzikrulloh Warosulih SAW

BACALAH SELALU DI DALAM HATI ATAU DENGAN LISAN "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH" UNTUK DZIKIR KEPADA ALLOH WA ROSULIHI SAW

25.4.15

BAB IJAZ DALAM BALAGHOH


BAB I
PENDAHULUAN


A.      LATAR BELAKANG MASALAH
Pada awalnya struktur ilmu balaghah belumlah lengkap seperti yang kita kenal sekarang. Setelah mengalami berbagai fase perkembangan dan penyempurnaan akhirnya disepakati bahwa ilmu ini membahas tiga kajian utama, yaitu ilmu bayan, ma’ani dan badi’. Dalam hal ini pemakalah lebih menjelaskan ilmu ma’ani khususnya tentang kalam ijaz, karena ilmu tersebutlah yang menjadi fokus kami di  tengah semester sekarang ini.
Adapun fokus kajian kalam ijaz adalah membahas bagaimana kita mengungkapkan sesuatu ide fikiran atau perasaan ke dalam bahasa yang sesuai dengan konteksnya, dengan urgensinya untuk menjaga dari kesalahan makna dalam suatu pembicaraan serta Menyampaikan tujuan yang dikehendaki dengan suatu ungkapan yang kurang, serta ungkapan itu sudah menepati pada tujuan. Adapun ilmu ini disusun salah satunya adalah untuk menjelaskan keistimewaan dan keindahan susunan bahasa Alquran dan segi kemukjizatannya dan juga disusun setelah muncul dan berkembangnya ilmu nahwu dan sharaf.
Seiring berjalannya waktu, banyak perkembangan yang pesat terhadap keilmuan ini serta faktor-faktor apa sajakah penyebab kalam ijaz.  Dan itulah yang akan kami bahas dalam makalah ini.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Apa definisi kalam ijaz dan klasifkasinya
2.      Faktor-faktor apa sajakah sebagai penyebab eksistensi kalam ijaz

C.      TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan pembahasan merupakan salah satu faktor penting dalam suatu pembahasan dan penguraian pokok bahasan, sebab tujuan ini akan memberikan gambaran tentang arah atau maksud yang menjadi fokus pokok pembahasan materi. Maka tujuan pokok bahasan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui pengertian atau definisi serta klasifikasi kalam ijaz
2.    Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah penyebab eksistensi kalam ijaz

D.      KEGUNAAN DAN FUNGSI PEMBAHASAN
Secara praktis antara lain:
1.    Sebagai kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang ilmu balaghoh
2.    Diharapkan mampu menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi siapa saja yang membaca makalah ini dalam memperkaya ilmu pengetahuan dan kebudayaan


BAB II
TINJAUAN TEORITIK KALAM IJAZ


A.      DEFINISI KALAM IJAZ
وبأقل منه إيجاز علم #
“Dan dengan menyedikitkan ucapan/perkataan  diketahui namanya itu dengan sebutan Ijaz”

Ijaz  secara bahasa adalah At-Taqrshiru yang berarti meringkas sedangkan secara bahasa dalah rangkaian perkataan yang kandungan lafadznya lebih sedikit dari makna yang dikehendaki yakni singkat padat tanpa mengurangi maksudnya[1].
Ijaz subtansinya merupakan salah satu cara untuk menyatakan maksud dengan pernyataan yang kata-katanya kurang dari sebagaimana mestinya, tetapi pernyataan itu cukup memenuhi maksud[2].

B.       KLASIFIKASI KALAM IJAZ
# وهو الى قصر وحذف ينقسم
“Dan ijaz itu terbagi pada qosor dan hadzfu”

Ijaz itu adakalanya dengan Ibarot yang ringkas tapi mengandung arti yang luas, dan ini merupakan Sasaran Ahli Sastra (Balaghoh) dan dengan inilah tingkatan kemampuan mereka menjadi terpaut. Ijaz ini disebut : Ijaz Qoshor[3].
Contoh :
وَلَكُمْ فِيْ القِصَاصِ حيَاةٌ
"Dan bagi kalian dalam Qishos ada Kehidupan"[4]
Maksudnya adalah bahwa jika manusia mengetahui, bahwa barang siapa yang membunuh adalah harus dibunuh, yang demikian itu mengundang manusia kepada peniadaan pembunuhan sebagian mereka kepada sebagian yang lain sehingga yang demikian itu menjadi sebagai kehidupan bagi mereka yakni: menciptakan keamanan, ketentraman dan kenyamanan dalam hidup[5].
Adakalanya membuang satu kalimat atau satu jumlah atau lebih serta adanya qorinah yang menunjukkan lafadz yang terbuang[6]. Ijaz ini disebut : Ijaz Hadzfu.

v    Contoh membuang satu kalimah.
Membuang ahla (أهل) dalam ayat واسأل القرية (tanyakan kepada suatu desa) didalam rangkaian kalimah itu ada yang dibuang yakni :   أهل القرية  (penduduk suatu desa), jadi lengkapnya adalah واسأل أهل القرية (tanyakan kepada penduduk suatu desa)
      Membuang la (لا) dalam perkataan Umruul Qois
فَقُلْتُ يَمِيْنَ اللهِ أَبْرَحُ قَاعِدًا    وَلَوْ قَطَّعُوْ رَأْسِيْ لَدَيْكِ وَأَوْصَالِيْ   
“Maka saya mengatakan : "Demi Allah, Saya akan senantiasa duduk, walaupun mereka memotong-motong kepalaku dan sendi-sendiku dihadapanmu"[7]

Dalam contoh diatas kalau dijelaskan adala lafadz yang dibuang لا taqdirannya adalah   أَبْرَح asalnya    لا أَبْرَح

Adapun dalam contoh lain:
أَيَّامٗا مَّعۡدُودَٰتٖۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٖ فَعِدَّةٞ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدۡيَةٞ طَعَامُ مِسۡكِينٖۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيۡرٗا فَهُوَ خَيۡرٞ لَّهُۥۚ وَأَن تَصُومُواْ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ١٨٤
“ (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”[8]
Dalam ayat diatas taqdirannya adalah يُطِيقُونَهُۥ  asalnya يُطِيقُونَه  لا
v      Contoh membuang satu Jumlah :
وَإِن يُكَذِّبُوكَ فَقَدۡ كُذِّبَتۡ رُسُلٞ مِّن قَبۡلِكَۚ وَإِلَى ٱللَّهِ تُرۡجَعُ ٱلۡأُمُورُ٤
Dan jika mereka mendustakan kamu (sesudah kamu beri peringatan) maka sungguh telah didustakan pula rasul-rasul sebelum kamu. Dan hanya kepada Allahlah dikembalikan segala urusan”[9]

Dalam ayat diatas taqdirannya adalah :

وَإِنْ يُكَذِّبُوْكَ فَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ أي فتأسّ واصبر
Dan ketika mereka mendustakanmu, maka sungguh Para Rosul sebelum kamu juga didustakan (Maka ta'atlah dan sabarlah)"[10]

v      Contoh membuang lebih dari satu jumlah:
فَأَرْسِلُوْنِ . يُوْسُفُ أيُّهَا الصِّدِّيقُ"
Maka utuslah aku (kepadanya). Yusuf, hai orang yang amat dipercaya"[11]

Pada ayat tersebut membuang Jumlah :

أرْسِلُوْنِيْ إلَى يُوْسُفَ لأسْتَعْبِرَهُ الرُّؤْيَا فَفَعَلُوْا فَأتَاهُ وَقَالَ لَهُ يُوْسُفُ       
“Utuslah aku kepada Yusuf, supaya aku meminta ta’bir mimpi itu. Lalu mereka mengerjakannya, lalu pelayan itu mendatanginya dan berkata : “Hai Yusuf”[12]


C.      FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KALAM IJAZ
Faktor penyebab adanya Ijaz adalah[13] :
1.      Mempermudah hafalan.
Al-kholil al-farohidi berkata kalam itu luas untuk dipaham dan diringkas supaya hafal. Adapun hafal itu dapat melepaskan (meniadakan) kelalaian.
2.      Mempercepat pemahaman.
Maksudnya adalah mepercepat pemahaman kepada si sami’ atau pendengar. Sebagaimana perkataan كبرت (kamu besar). Sesungguhnya perkataan tersebut mengandung beberapa bagian yaitu maksudnya tidak lain adalah العظم مني  (lebih besar jika dibandingkan saya)

3.      Terbatasnya tempat.
Seperti perkataan Pemburu rusa “RUSA/غزال misalnya, pemburu mengatakan hal tersebut dengan singkat karena terbatasnya tempat maupun waktu, hal ini disebabkan adanya istighol (kesulitan/kerepotan). Dan sesungguhnya kesulitan penyebutan (secara lengkap) misalnya “ada rusa di tempat itu” disebabkan luasnya tingkat kesusahan. Ya menurut penulis mungkin saja ketika pemburu rusa bila berkata secara lengkap rusanya keburu kabur, dan hal ini termasuk kategori (bab) tahdzir dan ighro’ dalam ilmu nahwu
4.      Menyamarkan
Maksudnya menyamarkan perkataan kepada selain mukhotob (orang yang diajak bicara) yaitu dari orang yang ada di sekitarmu. Dan hal ini harus dengan adanya qorinah terhadap penyebutannya. Misalnya orang yang berbicara (mutakallim) mengatakan جاء" (telah datang dia) yang mutakallim maksud orang yang datang tersebut adalah kholid misalnya sedangkan mukhotob sudah mengetahui dengan adanya qorinah bahwasannya kholid itu sahabat dekat mutakallim. Dalam hal ini yang tahu hannya mutakallim dan mukhotob  bahwa yang datang adalah kholid sebaliknya orang-orang yang ada disekitarmu (mutakallim dan mukhotob) tidak mengetahui.

5.      Merasa bosan mengucapkan.
Maksudnya mutakallim merasa bosan memanjangkan kalimat perkataannya (ucapannya), karena diperhitungkan terlalu panjang jikalau mengatakannya. Hal ini adakalanya kagum (ta’ajjub) juga adakalanya menakut-nakuti (tahwil).[14]



BAB III
KESIMPULAN
 
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dengan judul Kalam Ijaz (Dalam Perspektif Ilmu Balaghoh) serta penguraian-penguraian yang penulis lakaukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.        Ijaz  secara bahasa adalah At-Taqrshiru yang berarti meringkas sedangkan secara bahasa dalah rangkaian perkataan yang kandungan lafadznya lebih sedikit dari makna yang dikehendaki yakni singkat padat tanpa mengurangi maksudnya
2.        Klasifikasi kalam ijaz ada dua macam yaitu ijaz qosor dan ijaz hadzfu.
3.        Faktor penyebab adanya Ijaz adalah :
1.         Mempermudah hafalan.
2.         Mempercepat pemahaman
3.         Terbatasnya tempat
4.         Menyamarkan
5.         Merasa bosan mengucapkan



[1] Imam Akhdhori Jauharul Maknun alih bahasa Abdul Qodir Hamid (Surabaya: Al-Hidayah) h. 140
[2]  Pemahaman ini menurut asumsi pemakalah sendiri setelah menelaah buku-buku penunjang yang berkaitan dengan makalah ini.
[3] Ulumuddin Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani, Husunus Shiyaghoh (Rembang: ma’hadul ‘ulum As-Syar’iyah, 2007) h. 78. Lihat Qowa’idul lughot Al-‘arobiyah, h. 118
[4]  Surat Al-Baqoroh ayat :179
[5]  Imam Akhdhori Jauharul Maknun alih bahasa Abdul Qodir Hamid,,,,,,,,h. 140
[6]  Ulumuddin Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani, Husunus Shiyaghoh) h. 79. Lihat Qowa’idul lughot Al-‘arobiyah, h. 118
[7]   Ibid h. 80
[8]  Surat al-Baqoroh Ayat 184
[9] Surat fatir ayat 4
[10] Ulumuddin Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani, Husunus Shiyaghoh.................... h. 80
[11] Surat Yusuf ayat : 45 – 46
[12] Ulumuddin Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani, Husunus Shiyaghoh.................... h. 80
[13] Ibid h 77
[14] Mengenai contohnya lihat husunus shiyaghoh h 77

0 komentar:

Posting Komentar